Aksi Kocak Denny Caknan Ditengah Isu Sindir Gilga Sahid: Panase Gorengan Netijen

JagoDangdut – Denny Caknan kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial. Kali ini, ia diterpa tudingan menyindir Gilga Sahid, pasangan baru mantan kekasihnya, Happy Asmara.

Namun, alih-alih menunjukkan kemarahan, Denny justru merespons dengan cara yang lucu dan menghibur. Selengkapnya simak ulasan di bawah ini.

Aksi Kocak Denny Caknan Ditengah Isu Sindir Gilga Sahid

Belakangan ini, Denny Caknan dituding menyindir Gilga Sahid melalui konten lagu 'Bojo loro'. Namun, ia memilih untuk menanggapi komentar negatif netizen dengan cara yang menggelitik.

Dalam sebuah video yang diunggah ke media sosial, Denny terlihat bersama Soimah di dapur, memperlihatkan aksi kocaknya.

Dalam video tersebut, Soimah tampak memberikan nasehat kepada pria 30 tahun tersebut sembari seolah menggoreng nasi. 

"Dadi wong lanang kui ojo manja, sewektu-wektu ora ono wong wedok dilalah lungo, sarapan tangi turu goreng dewe ngene iki (Jadi laki-laki itu jangan manja, jika sewaktu-waktu tidak ada perempuan, bangun tidur bisa masak sendiri " kata Soimah.

"Sego Goreng yo (nasi goreng ya)" kata denny sambil mengaduk nasi goreng tersebut, namun kemudian melemparkan wajan panas kepada Soimah.

Soimah yang terkejut langsung merespons dengan mengomel dan mengejar Denny yang langsung kabur dari dapur. 

Meskipun Denny sudah tidak berada di dapur, suara omelan Soimah masih terdengar, menambah kesan lucu pada situasi tersebut.

Melalui, caption unggahanya, Denny menyebut bahwa wajan nasi goreng yang ia lemparkan ke Soimah jauh lebih panas daripada komentar netizen yang 'digoreng'. 

Denny seolah ingin menyindir netizen atas tuduhan yang dilemparkan padanya baru-baru ini.

”Sak panas panase gorengan netijen , isih panas wajan sego goreng @showimah,” celetuk Denny dalam video tersebut.

Aksi jahil Denny kepada Soimah ini sukses memicu gelak tawa banyak orang yang menonton. 

Bahkan, Inul Daratista pun turut berkomentar dan menyebut kedua rekannya itu 'gila' dalam bahasa Jawa, “gendhenk kowe kabehh wkwkwkwkw.”