Seiring dengan perkembangannya, di tahun 1970 terbentuklah orkes dangdut terbesar yang bernama Orkes Soneta. Di mana, orkes tersebut sangat lekat dengan Haji Rhoma Irama.
Rhoma Irama pun banyak menghasilkan karya dengan ide dan misinya dalam bermusik yang membuat dirinya semakin populer. Haji Rhoma Irama sendiri memiliki misi dalam bermusik dengan membawa pemikiran yang dipengaruhi dengan nilai-nilai Agama Islam.
Nilai-nilai tersebut rupanya memiliki keselarasan dengan partai PPP yang berhadapan dengan pemerintahan orde baru, partai yang menjadi wadah dari umat Islam.
Tidak hanya lewat karya, Rhoma Irama juga menanamkan nilai-nilai agama terhadap setiap personel Soneta. Berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan yang tidak menjadi bagian dari penguasa orde baru membuat Rhoma Irama sempat dicekal.
Rhoma Irama dan Soneta dicekal untuk tampil di televisi yang saat itu merupakan satu-satunya televisi di Indonesia yakni TVRI. Kemudian di tahun 1975-an, pemerintahan odrde baru melihat potensi gerakan Rhoma Irama menjadi besar.
Sehingga pemerintahan orde baru saat itu melakukan antisipasi agar kekuasaan orde baru tetap kokoh. Meskipun tidak lagi bisa tampil di TV, animo masyarakat terhadap karya-karyanya.
Sempat dianggap sebagai pihak oposisi, langkah Raja Dangdut itu berubah saat sudah diperbolehkan untuk tampil di televisi milik pemerintah pada tahun 1988. Hal tersebut pun mengundang banyak pertanyaan dari publik.