Musik Dangdut di Era Digital, Mulai dari Sejarah Hingga Digemari Generasi Z
Jakarta – Musik dangdut, sebuah warisan budaya Indonesia yang telah melintasi generasi, saat ini mengalami kebangkitan yang luar biasa, khususnya di kalangan generasi muda.
Dalam era digital yang dipenuhi dengan beragam aliran musik, dangdut tetap eksis dan bahkan menjadi tren di berbagai platform hiburan seperti Youtube, TikTok, Spotify, dan Instagram.
Berikut ini JagoDangdut akan sajikan perjalanan musik dangdut dari citra negatif hingga menjadi daya tarik utama bagi generasi milenial dan Z.
Sejarah Dangdut
- -
Musik dangdut adalah musik lokal khas Indonesia hasil dari perpaduan musik dari film India dengan Malaysia dan musik rock dari Barat.
Perpaduan gaya musik ini digunakan pertama kali di Jakarta pada sekitar akhir tahun 1960-an. Lalu, gaya musik dangdut pun mencapai popularitasnya pada sekitar tahun 1970-an hingga tahun 1980-an. Hingga saat ini, musik dangdut masih banyak digemari oleh berbagai kalangan.
Sejarah musik dangdut dimulai pada era 1960-an, ketika musik-musik asing mulai membanjiri pasar musik Indonesia. Di saat itu, muncul musisi-musisi seperti Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, dan Hamdan ATT, yang menggabungkan aliran musik Melayu, India, dan rock ‘n’ roll barat dengan musik tradisional Indonesia.
Musik dangdut pada awalnya dikenal dengan nama orkes Melayu atau OM. Pada tahun 1971, Rhoma Irama merilis album dengan judul “Dangdut” yang memasukkan unsur musik rock ke dalam musik orkes Melayu. Kemudian nama dangdut pun disematkan pada Orkes Melayu oleh Putu Wijaya dalam majalah Tempo yang rilis pada 27 Mei tahun 1972, ia menjelaskan bahwa lagu Boneka dari India merupakan campuran dari lagu Melayu, irama padang pasir serta dang ding dut India.
Sebutan ini kemudian diringkas menjadi dangdut saja serta oleh majalah Tempo digunakan untuk menyebut bentuk lagu Melayu yang dipengaruhi oleh lagu-lagu India.
Pada dasarnya, dangdut juga merupakan campuran dari beberapa jenis musik. Campuran tersebut mengindikasikan bahwa dangdut merupakan campuran atau kombinasi dari musik yang telah berkembang di Indonesia. Musik dangdut banyak dipengaruhi oleh unsur musik Hindustan (India Utara), Melayu, dan Arab. Pengaruh dari ketiga unsur genre musik tersebut secara tidak langsung menciptakan genre musik “baru”, yakni musik dangdut.
Musik India mempunyai unsur utama berupa tabuhan gendang, sementara suara cengkok penyanyi adalah unsur utama dari musik Melayu. Kata dangdut berasal dari bunyi alat musik tabla yang kala itu sering menjadi alat musik pengiring, berupa “tak, tung, dang, dan dut ”. Nah, kata “ dang ” dan “ dut ” kemudian menjadi terminologi baru untuk menyebut Orkes Melayu.
Seiring berjalannya waktu, musik dangdut bukan hanya dipengaruhi instrumen India. Arab juga membawa pengaruh terhadap musik ini, khususnya pada bagian cengkok dan harmonisasi nada. Dalam menuju perkembangannya ke bentuk kontemporer musik dangdut yang dipengaruhi oleh unsur musik India dan Arab.
Seiring perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an menjadikan pengaruh musik barat terus masuk dengan pemakaian gitar listrik. Sejak tahun 1970-an musik dangdut sudah matang dengan bentuknya yang kontemporer. Karena termasuk musik populer, musik dangdut sangat bisa dipengaruhi oleh jenis musik lain, seperti keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop dan juga house musik.
Stigma Negatif Dangdut
- Instagram Inul Daratista
Sebagai bentuk musik lokal Indonesia, dangdut telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah.
Namun, sejarah musik dangdut juga dipenuhi dengan stigma negatif. Orkes dangdut keliling sering dikaitkan dengan pakaian biduan yang dianggap kurang sopan, menciptakan citra negatif terhadap genre ini.
Hal ini mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap dangdut, membuatnya dianggap sebagai musik 'orang tua' dan kurang relevan di era modern.
Musik ini lebih sering terdengar di tempat-tempat seperti angkutan umum, terminal, hingga warung kopi, menciptakan identitas budaya tersendiri.
Transformasi Dangdut di Era Digital
- Berbagai Sumber
Meskipun terlahir di tengah-tengah stereotip dan kritik, musik dangdut mampu mengalami transformasi yang mengagumkan. Generasi muda menjadi agen perubahan dalam memandang musik ini. Kontes dangdut seperti KDI, D'Academy, dan LIDA melahirkan bintang-bintang muda dangdut yang sukses mengubah persepsi orang terhadap genre ini.
Era teknologi digital menjadi batu loncatan bagi musik dangdut. Penyanyi dangdut kreatif dapat memanfaatkan platform digital untuk meraih popularitas. Youtube, Spotify, dan TikTok menjadi wadah bagi mereka untuk menampilkan bakat, meng-cover lagu, dan merilis karya-karya baru. Beberapa nama seperti Lesty Kejora, Nella Kharisma, dan Denny Caknan telah berhasil menarik perhatian generasi muda melalui media sosial.
Sang ratu dangdut, Elvy Sukaesih, menjadi saksi pergeseran era dalam musik dangdut. Dia mencatat perubahan dari musik dangdut klasik hingga masuknya era dangdut koplo. Menurutnya, lirik lagu dangdut zaman dulu memiliki kualitas yang lebih tinggi dan penyanyi lebih mampu menyampaikan emosi melalui kata-kata yang dinyanyikan.
Namun, dengan berkembangnya teknologi digital, musik dangdut terus beradaptasi dan mengalami akulturasi budaya. Pada saat yang sama, dangdut menjadi lebih bersahabat dengan generasi muda dengan memadukan elemen musik koplo dan pop, menciptakan warna baru yang lebih segar dan modern.
Dangdut Menarik Perhatian Anak Muda
- Freepik
Keberhasilan musik dangdut menarik perhatian anak muda tidak terlepas dari peran penyanyi dangdut itu sendiri. Via Vallen tampil di acara pembukaan dan penutup Asian Games 2018 memberikan dampak positif pada popularitas musik dangdut. Penyanyi dangdut saat ini juga menyesuaikan gaya busana mereka, menghilangkan citra 'terbuka' yang melekat pada dangdut masa lalu.
Fenomena ini terlihat dari banyaknya anak muda yang hadir dalam konser-konser dangdut dan mendukung konten-konten dangdut di berbagai platform. Bahkan, musisi dari genre lain seperti Aviwkila, Betrand Peto, dan Tiara Andini ikut mencoba meng-cover lagu dangdut, menunjukkan bahwa genre ini berhasil menembus batasan-batasan musik.
Campursari dan Keberlanjutan Musik Dangdut
- Amel
Tidak hanya dangdut koplo yang digandrungi anak muda, namun musik dangdut campursari juga mendapatkan tempat di hati mereka. Karya-karya mendiang Didi Kempot yang dikenal sebagai "The Godfather of Broken Heart" menjadi hits di kalangan anak muda, menciptakan penggemar setia yang dikenal sebagai 'Sobat Ambyar'. Lagu-lagu dengan tema percintaan dan patah hati berhasil memikat hati generasi muda yang tengah mengalami dinamika asmara.
Pergeseran preferensi musik ini juga tercermin di dunia maya, di mana lagu-lagu dangdut sering menjadi trending di berbagai platform streaming dan media sosial. Ini menunjukkan bahwa musik dangdut bukan lagi milik masa lalu, tetapi telah menjadi bagian hidup generasi muda saat ini.
Kesimpulan: Dangdut, Tradisi yang Terus Hidup
Dangdut, meskipun sempat dihadapkan pada stigma negatif, berhasil mengalami metamorfosis dan memperoleh tempat yang kuat dalam industri musik Indonesia. Di era digital ini, anak muda tidak hanya mendengarkan dangdut sebagai bentuk hiburan, tetapi juga ikut menggambarkan identitas dan dinamika budaya mereka.
Melalui transformasi yang terus menerus, musik dangdut terus menjadi bagian penting dari perkembangan musik Indonesia. Kreativitas penyanyi dangdut dan antusiasme generasi muda menjadikan dangdut sebagai fenomena yang menarik dan timeless. Dengan begitu, musik dangdut terus hidup dan berkembang, menyatukan generasi dan menginspirasi perubahan dalam dunia musik lokal.