Eksplorasi Musisi Pop Jawa: Didi Kempot dan Ekosistem Campursari
Jakarta – Didi Kempot, atau yang akrab disapa "Sang Maestro" musik Pop Jawa, telah membangun warisan musiknya sepanjang tiga puluh tahun.
Gelarnya sebagai 'The Godfather of Broken Heart' tidak lepas dari dedikasinya terhadap musik "tradisi" Jawa dan peran pentingnya dalam membentuk ekosistem Campursari.
Berikut ini JagoDangdut akan membahas perjalanan Didi Kempot dalam merawat ekosistem Campursari serta pengaruhnya yang mendalam dalam musik dangdut populer Jawa.
Profil dan Perjalanan Karir Didi Kempot
- Didi Kempot
Didi Prasetyo atau orang lebih mengenalnya Didi Kempot merupakan seorang penyanyi campursari yang berasal dari Jawa Tengah. Pria yang memiliki nama lahir Dionisius Prasetyo ini kelahiran Surakarta, 31 Desember 1966.
Darah seorang seniman memang sudah mengalir dari keluarganya, Didi Kempot adalah anak dari seorang pelawak terkenal dari Solo, Ranto Edi Gudel atau orang-orang lebih mengenalnya mbah Ranto. Ia juga adik dari seorang pelawak senior Srimulat, Mamiek Podang.
Berbeda dengan ayah dan kakaknya, Didi lebih memilih untuk menjadi seorang penyanyi campursari dibandingkan menjadi seorang pelawak. Perlahan tapi pasti, kariernya terus menanjak dengan menjadi penyanyi campur sari kebanggaan kota Solo, di samping Gaesang (maestro keroncong).
Memiliki suara yang khas dan lagu-lagu enak, namanya kian populer. Bahkan terdapat komunitas penggemar Didi Kempot yang bernama Sobat Ambyar, untuk penggemarnya sendiri disebut Kempoters.
Kini sebutan penggemar Didi semakin berkembang menjadi Sad Boys (untuk laki-laki) dan Sad Girls (untuk perempuan) bagi kalangan anak muda. Didi Kempot mendapatkan julukan sebagai "Lord Didi" atau ada juga yang menobatkanya sebagai Godfather of Broken Heart (Bapak Patah Hati Nasional).
Hal tersebut berkaitan dengan lagu-lagunya kebanyakan tentang cinta dan patah hatinya seseorang. Kini penggemar Didi terus berkembang hingga generasi anak muda. Hal ini membuktikan jika karyanya diminati lintas generasi.
Sekian lama melintang di musik campursari, Didi Kempot telah berhasil membuat banyak lagu seperti Cidro, Ambyar, Bocah Lola, Ngoyak Tresno, Janji Palsu, Tresno Sepisan, Pamer Bojo dan lainnya.
Pada tanggal 5 Mei 2020, yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, Didi Kempot menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 7.30 wib d RS Kasih Ibu, Solo. Penyebab meninggalnya Didi Kempot sendiri diduga akibat kelelahan.
Memahami Musik Campursari Didi Kempot
- Amel
Musik Campursari, yang awalnya dianggap kuno, tidak marketable, dan terbatas pada wilayah Jawa, mengalami transformasi signifikan berkat Didi Kempot. Dalam mengeksplorasi perbedaan antara Campursari era Manthous dan Didi Kempot, terlihat bahwa Didi Kempot membawa nuansa musikal yang lebih segar dengan pendekatan pop-keroncong-dangdut. Tangga nada diatonis mayor maupun minor memberikan variasi baru pada Campursari, menjadikannya lebih inklusif dan mendapat penerimaan yang lebih luas.
Didi Kempot tidak hanya berinovasi dalam melodi, tetapi juga dalam penggunaan instrumen. Penggunaan keyboard, bass gitar, dan tambourine menggantikan beberapa instrumen tradisional Campursari, memberikan sentuhan modern yang lebih minimalis. Gaya performatifnya yang lebih casual dan busana yang fleksibel menggambarkan adaptasi musik Campursari ke dalam zaman modern.
Didi Kempot menciptakan berbagai lagu dengan tema utama tentang asmara. Lagu-lagu seperti "Sewu Kutha," "Layang Kangen," dan "Tatu" menjadi sangat populer. Namun, keunikan Didi Kempot terletak pada kemampuannya menggali berbagai tema, termasuk masalah sosial seperti dalam lagu "Sarintul," "Kuncung," dan "Aja Mudik." Keberagaman tema ini membuat musiknya lebih relevan dan bisa dinikmati oleh berbagai kalangan.
Meskipun populer, perdebatan mengenai kategorisasi lagu-lagu Didi Kempot masih hangat. Apakah masuk dalam ranah Campursari atau dangdut masih menjadi pertanyaan yang perlu diuraikan lebih dalam. Pembacaan dari sisi musikal, bahasa, dan kontekstual menjadi kunci untuk memahami esensi Campursari Didi Kempot.
Membangun Ekosistem Bersama
- Solihin/VIVA
Didi Kempot tidak hanya menciptakan musik, tetapi juga membangun ekosistem di sekitarnya. Dengan melibatkan berbagai pihak seperti media, seniman, pekerja seni, dan penggemar, ia menciptakan suatu lingkaran saling mendukung. Konser Amal Dari Rumah yang diinisiasinya menjadi bukti bahwa musik tidak hanya berkutat pada dirinya sendiri, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
Kepulangan Didi Kempot membawa duka yang mendalam, terutama bagi para penggemar fanatiknya. Namun, warisan musiknya tetap hidup dan menjadi tanggung jawab bagi pihak-pihak terlibat dalam ekosistemnya. Masyarakat, seniman, media, dan penggemar memiliki peran penting dalam merawat dan memperluas dampak musik Campursari Didi Kempot.
Setelah kepulangan Didi Kempot, tantangan muncul dalam merawat ekosistem Campursari. Bagaimana melibatkan generasi muda, menciptakan terobosan kreatif, dan menjaga keberlanjutan musik Campursari tanpa kehadiran fisik sang maestro menjadi pertanyaan penting. Namun, dengan adanya dedikasi dan kerja sama, ekosistem ini dapat terus berkembang.
Kesimpulan: Menghargai Dedikasi dan Warisan Sang Maestro
Didi Kempot tidak hanya meninggalkan warisan musikalnya, tetapi juga membangun ekosistem yang kuat di sekitarnya.
Melalui musik Campursari, ia membawa nuansa segar yang mengakomodasi berbagai selera.
Merawat ekosistem ini menjadi tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa warisan Didi Kempot terus hidup dan memberikan inspirasi bagi generasi mendatang.