Pedangdut Cita Rahayu Idap Penyakit Autoimun, Kenali Penyebab dan Cara Mencegahnya
Jakarta – Penyakit autoimun, sebuah salah satu pernyakit medis yang terus menjadi fokus penelitian dan perhatian, membawa tantangan besar bagi mereka yang terkena dampaknya.
Seperti yang dirasakan penyanyi dangdut Cita Rahayu yang secara blak-blakkan mengidap penyakit ini.
Cita Rahayu atau yang sempat dikenal dengan nama panggung Cita Citata, mengungkapkan bahwa dirinya mengidap penyakit autoimun.
Penyanyi dangdut Cita Citata mengaku menderita penyakit autoimun akibat kesalahan gaya hidup yang ia telah jalani beberapa tahun terakhir
"Aku punya penyakit autoimun. Penyebab autoimun adalah kesalahan aku pribadi, kesalahannya adalah lifestyle pribadi aku," ujar Cita Rahayu.
Lantas apa sebenarnya itu penyakit autoimun? dan bagaimana gejala dan tingkat pencegahannya? Berikut ini JagoDangdut akan sajikan artikelnya untuk Anda!
Apa itu Penyakit Autoimun
- freepik
Penyakit autoimun adalah suatu keadaan di mana sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya bertanggung jawab untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme asing, justru menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
Normalnya, sistem kekebalan tubuh mengeluarkan protein yang disebut antibodi untuk melawan bakteri atau virus yang dapat mengancam kesehatan. Namun, pada penderita penyakit autoimun, mekanisme ini terbalik, dan antibodi dilepaskan untuk menyerang dan merusak sel-sel tubuh sendiri.
Penyakit autoimun tidak hanya memiliki efek lokal pada suatu bagian tubuh; dampaknya bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh, menciptakan tantangan diagnostik dan pengelolaan yang unik untuk setiap individu yang terkena.
Ada sekitar 80 jenis penyakit autoimun yang telah teridentifikasi, dengan beberapa gejala yang serupa, membuat penentuan jenis penyakit dan perencanaan pengelolaan menjadi sebuah tantangan.
Penyebab Penyakit Autoimun
- freepik
Keturunan:
Faktor risiko utama penyakit autoimun adalah keturunan atau faktor genetik. Meskipun keturunan tidak dapat dihindari, pemahaman riwayat keluarga menjadi kunci untuk mendeteksi potensi risiko lebih dini. Pemahaman mendalam tentang warisan genetik dapat memberikan wawasan berharga bagi individu dan keluarganya.
Lingkungan:
Peran lingkungan dalam memicu penyakit autoimun menjadi aspek penelitian yang penting. Paparan zat kimia beracun seperti asbes, merkuri, serta asap rokok dapat memicu respon autoimun. Selain itu, pola makan yang kurang sehat juga dapat menjadi faktor lingkungan yang berkontribusi.
Perubahan Hormon:
Perempuan pasca-melahirkan lebih rentan terhadap beberapa penyakit autoimun. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara perubahan hormon, terutama selama kehamilan, melahirkan, atau menopause, dengan perkembangan penyakit autoimun.
Infeksi:
Beberapa penyakit autoimun dapat terkait dengan infeksi tertentu. Infeksi dapat memicu atau memperburuk gejala penyakit autoimun. Oleh karena itu, pemahaman lebih lanjut mengenai hubungan ini sangat penting untuk pengembangan strategi pencegahan.
Berbagai Jenis Penyakit Autoimun
- freepik
Rheumatoid Arthritis:
Salah satu jenis yang sering ditemui adalah rheumatoid arthritis, di mana antibodi menyerang pelapis sendi, menyebabkan peradangan, pembengkakan, dan nyeri. Pencegahan fokus pada pengelolaan aktivitas sistem kekebalan tubuh.
Lupus:
Penyakit lupus adalah penyakit autoimun kronis yang dapat menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh, seperti kulit, sendi, ginjal, hingga otak 1. Lupus terbagi dalam beberapa jenis, yaitu systemic lupus erythematosus (SLE), lupus pada kulit (cutaneus lupus), lupus akibat obat (drug-induced lupus), dan lupus yang terjadi pada bayi baru lahir (neonatal lupus).
Penyebab lupus belum diketahui secara pasti, namun kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan sering dikaitkan dengan terjadinya lupus. Beberapa pemicu munculnya gejala lupus adalah paparan sinar matahari, penyakit infeksi, atau obat-obatan tertentu.
Gejala lupus bisa berbeda pada setiap orang, namun terdapat sejumlah gejala umum yang bisa terjadi, seperti nyeri dan kaku pada sendi, lelah, ruam kulit, sensitif terhadap sinar matahari, dan penurunan berat badan.
Diabetes Tipe 1:
Diabetes tipe 1, yang muncul pada usia muda, disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Pengelolaan melibatkan suntikan insulin dan pemantauan ketat kadar gula darah.
Multiple Sclerosis (MS):
MS melibatkan serangan sistem kekebalan tubuh pada sel-sel saraf, dengan gejala yang bervariasi. Pengobatan berfokus pada menekan respons autoimun dan meredakan gejala yang muncul.
Penyakit Graves:
Penyakit Graves, penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar tiroid, dapat menyebabkan berbagai gejala seperti kesulitan tidur, leher bengkak, dan tremor. Pengobatan melibatkan pengaturan produksi hormon tiroid.
Psoriasis:
Psoriasis melibatkan aktivitas berlebihan sistem kekebalan tubuh yang mempercepat pertumbuhan sel kulit. Pengobatan mencakup obat penekan sistem kekebalan tubuh dan terapi cahaya.
Cara Mencegah Autoimun
- freepik
Konsumsi Asupan yang Sehat: Memperkaya diet dengan makanan yang mengandung vitamin D, sayuran berwarna hijau, jamur, kunyit, dan lobak dapat membantu mengurangi risiko penyakit autoimun.
Diet Gluten Free: Diet tanpa gluten dianggap sebagai langkah proaktif untuk mengurangi peradangan usus dan mendukung pengobatan penyakit autoimun.
Berjemur di Bawah Sinar Matahari: Paparan sinar matahari secara teratur diperlukan untuk memastikan tubuh mendapatkan cukup vitamin D, yang berperan penting dalam menjaga kesehatan sistem kekebalan.
Rutin Olahraga dan Kelola Stress: Aktivitas fisik rutin tidak hanya bermanfaat untuk memperkuat sistem imun, tetapi juga dapat membantu mengelola stres, yang diidentifikasi sebagai pemicu potensial penyakit autoimun.
Pemeriksaan Berbasis Gen: Pemeriksaan berbasis gen, seperti Immunerisk, dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai risiko autoimun secara individual. Ini dapat membantu dalam perencanaan pencegahan yang lebih spesifik.
Selain itu, Menurut dr. Okki Ramadian, Sp.PD, penyakit autoimun bisa dicegah dengan melakukan berbagai cara, yaitu dengan memperbaiki lifestyle atau pola hidup.
Mengatur pola hidup bisa dimulai dari jam istirahat yang cukup sesuai usia, dan diimbangi dengan mengkonsumsi makanan sehat.
“Kita bisa modifikasi, sederhana, istirahatnya yang banyak, tidur yang bagus, makan yang bagus dan olahraga yang benar,” ungkap dr. Okki Ramadian, Sp.PD, melansir dari YouTube Kata Dokter, 12 Januari 2024.
Pengobatan Penyakit Autoimun
- freepik
Pengobatan penyakit autoimun masih menjadi tantangan, dengan sebagian besar penyakit belum memiliki obat penyembuh. Namun, beberapa pendekatan pengobatan telah dikembangkan untuk meredakan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit.
Obat-obatan: Beberapa obat seperti NSAIDs, kortikosteroid, dan obat anti-TNF digunakan untuk mengatasi gejala dan menghambat aktivitas sistem kekebalan tubuh.
Terapi Pengganti Hormon: Terapi pengganti hormon diterapkan pada penyakit autoimun yang mempengaruhi produksi hormon di tubuh, seperti diabetes tipe 1 atau tiroiditis.
Komplikasi Penyakit Autoimun
- freepik
Penyakit autoimun dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk kerusakan jantung, kerusakan saraf, pembentukan bekuan darah, dan kerusakan organ seperti hati atau ginjal. Komplikasi ini menunjukkan perlunya pendekatan pengobatan yang holistik dan pencegahan sejak dini.
Menghadapi Tantangan Bersama
Penyakit autoimun dapat menyerang siapa pun, tanpa memandang usia atau latar belakang. Kesadaran akan faktor risiko, pemahaman mendalam tentang jenis penyakit, dan langkah-langkah pencegahan yang diambil dapat memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan ini.
Mempertahankan komunikasi terbuka dengan profesional kesehatan untuk panduan yang sesuai dengan kondisi kesehatan individu adalah langkah bijak.
Melalui pengakuan dan upaya bersama, kita dapat menghadapi misteri penyakit autoimun dengan lebih kuat dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan kesehatan.