Para artis itu tergabung dalam Organisasi Artis Safari Golkar. Namun tidak dengan Rhoma Irama, sang 'Ksatria Bergitar' itu memilih untuk memilih jalur lain dengan menjadi pendukung Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Saat kampanye Pemilu 1977 Rhoma Irama menajdi juru kampanye PPP yang saat itu dipimpin oleh Djaelani Naro. Dengan karya-karyanya, Rhoma Irama berhasil mendapatkan perhatian masyarakat saat kampanye tersebut.
Rhoma Irama berhasil mengumpulkan masa dan berperan penting dalam kemenangan PPP atas Golkar di Jakarta pada Pemilu 1977.
Hadir sebagai pendukung, kehadiran Rhoma Irama membuat pihak Orde Baru merasa resah. Pasalnya, karirnya sebagai seorang seniman saat itu sedang berada di puncak.
Apalagi lagu-lagu dangdut karyanya yang dekat dengan rakyat juga penuh dengan kritik terhadap kebusukan pemerintahan dan berbagai fenomena sosial di masyarakat.
Contohnya, lagu ‘Hak Asasi’ yang diartikan sebagai kritik terhadap pemerintahan otoriter Presiden Soeharto. Tak heran Rhoma sering mendapat intimidasi hingga dilarang tampil di TVRI selama 1977-1988.