Menjadi Warisan Budaya Betawi, Kenali Apa Itu Lenong dan Sejarahnya
Jakarta – Lenong adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta, Indonesia.
Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrek, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyan, dan sukong.
Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela.
Lantas bagaimana sejarah dan asal-usul Lenong yang merupakan budaya dari Betawi ini? Berikut ini JagoDangdut sajikan untuk Anda!
Asal Usul Lenong
- Berbagai Sumber
Asal usul lenong tidak bisa dipisahkan dari sejarah perkembangan masyarakat Betawi yang merupakan perpaduan berbagai budaya, seperti Melayu, Tionghoa, Arab, India, Eropa, dan lainnya.
Sejarah lenong Betawi bermula sejak tahun 1920, lewat seorang seniman bernama Lien Ong. Ia menggabungkan menggabungkan silat, pantun hingga tari ke dalam pementasan sandiwaranya³. Nama lenong sendiri berasal dari nama Lien Ong yang kemudian disingkat menjadi lenong³.
Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.
Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa alur cerita yang dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang dan utuh.
Perkembangan Lenong di Indonesia
- Berbagai Sumber
Lenong adalah kesenian teater tradisional Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi dan diiringi musik gambang kromong. Lenong memiliki ciri khas berupa improvisasi, spontanitas, komedi, dan pesan moral.
Lenong berasal dari nama seorang saudagar Tionghoa Betawi bernama Lien Ong, yang menciptakan pertunjukan yang mengadaptasi teater Pakiu, komedi stambul, gambang kromong, silat, dan pantun.
Lenong juga berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak 1920-an.
Masa Kejayaan Lenong
Pada awalnya, lenong dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung tanpa panggung. Saat pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan sukarela.
Kemudian, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara hajatan, seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, lenong murni menjadi tontonan panggung.
Pada tahun 1970-an, lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Lenong yang direvitalisasi tersebut menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya, serta berdurasi dua atau tiga jam saja1. Lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi, yaitu yang ditayangkan oleh TVRI mulai tahun 1970-an.
Masa Kemunduran Lenong
Pada tahun 1980-an, lenong mulai mengalami kemunduran karena persaingan dengan kesenian lain yang lebih modern dan variatif, seperti sinetron, film, dan stand up comedy.
Selain itu, lenong juga terancam punah karena minimnya regenerasi dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Banyak kelompok lenong yang bubar atau beralih profesi karena tidak mendapat penghasilan yang cukup.
Untuk melestarikan lenong, beberapa upaya telah dilakukan oleh para seniman dan pegiat lenong, seperti membuat festival lenong, mengadakan workshop lenong, membuat komunitas lenong, dan menggandeng perguruan tinggi untuk mengkaji lenong.
Selain itu, lenong juga berusaha beradaptasi dengan perkembangan zaman, misalnya dengan menggunakan media sosial, membuat lenong mini, dan mengangkat tema-tema yang relevan dengan kondisi saat ini.
Masa Kebangkitan Lenong
Pada tahun 2020-an, lenong mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan karena adanya minat dan apresiasi yang meningkat dari masyarakat, khususnya generasi muda. Banyak anak muda yang tertarik untuk belajar dan terlibat dalam lenong, baik sebagai aktor, penulis, sutradara, maupun penonton.
Lenong juga mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, yang memberikan fasilitas, bantuan, dan penghargaan bagi para seniman dan kelompok lenong.
Salah satu contoh kebangkitan lenong adalah adanya Lenong Rumpi, sebuah program acara televisi yang menampilkan lenong dengan gaya dan tema yang segar dan aktual.
Lenong Rumpi berhasil menarik perhatian dan simpati masyarakat, karena mengangkat isu-isu sosial yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan lainnya.
Lenong Rumpi juga memberikan ruang bagi para seniman lenong untuk berekspresi dan berkarya, serta menginspirasi generasi muda untuk mengenal dan mencintai lenong.
Tokoh Terkenal Lenong
- Berbagai Sumber
Bokir:
Ia adalah seorang pelawak dan aktor lenong yang terkenal dengan gaya bicaranya yang kocak dan khas. Ia juga dikenal sebagai pencipta lagu-lagu Betawi, seperti "Si Jantuk", "Kumpul Kebo", dan "Gubuk Derita". Ia juga pernah bermain dalam film-film komedi, seperti "Sama Gilanya", "Bokir Si Jantuk", dan "Bokir Kena Batunya".
Nasir:
Ia adalah seorang pelawak dan aktor lenong yang terkenal dengan julukan "Si Pitung Betawi". Ia sering berperan sebagai tokoh preman yang lucu dan jenaka. Ia juga pernah bermain dalam film-film komedi, seperti "Si Pitung Beraksi Kembali", "Si Pitung Banteng Betawi", dan "Si Pitung Bangkit dari Kubur".
Siti:
Ia adalah seorang aktris lenong yang terkenal dengan julukan "Ratu Lenong". Ia sering berperan sebagai tokoh wanita yang cantik, cerdas, dan berani. Ia juga pernah bermain dalam film-film komedi, seperti "Siti Ginting", "Siti Nurbaya", dan "Siti Mariah".
Anen:
Ia adalah seorang pelawak dan aktor lenong yang terkenal dengan julukan "Si Anen". Ia sering berperan sebagai tokoh anak-anak yang polos, lucu, dan menggemaskan. Ia juga pernah bermain dalam film-film komedi, seperti "Anen dan Si Jantuk", "Anen dan Si Pitung", dan "Anen dan Siti".