Terkuak! Ternyata Ini Alasan Musik Dangdut Identik dengan Goyangan
Jakarta – Musik dangdut dan goyangan merupakan dua unsur yang selalu menyatu, membentuk identitas kuat dalam industri musik Indonesia.
Pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa kedua hal ini begitu erat terkait satu sama lain.
Berikut ini JagoDangdut akan sajikan fenomena dan alasan musik dangdut identik dengan goyangan dari berbagai sudut pandang, menggali sejarah, karakteristik musik, dan pengaruh pada penonton.
Alasan Dangdut Identik dengan Goyangan
- instagram: @dewiperssik9
Menurut Esplanade yangd dikutip JagoDangdut, musik dangdut diidentikkan dengan goyangan karena ritmenya yang mengajak pendengar untuk bergerak. Rhythm yang cepat dan penggunaan instrumen seperti gendang dan seruling menjadi pemicu alami untuk bergoyang. Karakteristik irama sederhana yang dihasilkan oleh gendang dan seruling menciptakan dorongan alamiah untuk mengekspresikan diri dengan gerakan tubuh, termasuk pinggul yang bergoyang.
Rhoma Irama, salah satu tokoh legendaris dalam dunia dangdut, menciptakan lagu "Terajana" pada 2005 yang menggambarkan karakteristik ini. Liriknya menyebutkan, “Sulingnya suling bambu. Gendangnya kulit lembu. Dangdut suara gendang rasa ingin berdendang. Pinggul bergoyang-goyang rasa ingin berdendang.” Hal ini mencerminkan bagaimana ritme dan instrumen tradisional masih memegang peranan penting dalam identitas musik dangdut.
Meskipun musik dangdut modern menggunakan instrumen-instrumen modern seperti gitar, keyboard, dan bass, gendang dan seruling tetap menjadi unsur yang membedakan. Kehadiran instrumen-instrumen tersebut memberikan warna baru pada dangdut, tetapi karakteristik asli tetap ditekankan, memastikan bahwa esensi musik dangdut yang mengajak untuk bergoyang tetap terjaga.
Untuk memahami mengapa musik dangdut identik dengan goyangan, kita perlu melihat ke belakang sejarah genre ini. Pada era '70-an, dangdut mendapat pengaruh kuat dari musik India. Ritme yang khas dan gaya melodi yang energetik membentuk fondasi musik dangdut. Goyangan yang menyertainya menjadi spontan dan mengalir secara alami sesuai dengan ritme yang diusung.
Dangdut pun menjadi sangat melekat dengan kehidupan rakyat Indonesia pada masa itu. Dalam berbagai acara hiburan, panggung dangdut menjadi magnet bagi penonton yang tak bisa menahan diri untuk ikut bergoyang. Para biduan dangdut menjadi ikon yang mampu menciptakan atmosfer berenergi di atas panggung, mengajak penonton untuk turut merasakannya.
Era '70-an menciptakan tradisi goyangan dalam dunia dangdut, dan seiring waktu, goyangan ini terus mengalami evolusi. Para pedangdut mulai mengembangkan gerakan-gerakan yang semakin kompleks dan terstruktur. Goyangan ini tidak hanya sekadar ekspresi spontan, tetapi juga menjadi bagian dari pertunjukan yang dipersiapkan dengan matang.
Goyangan dangdut menjadi ciri khas para penyanyi, mendefinisikan kepribadian dan gaya mereka di atas panggung. Dari goyangan yang lebih tradisional hingga gerakan yang lebih modern, ini menjadi bagian integral dari pertunjukan dangdut. Dalam beberapa kasus, goyangan yang diciptakan oleh para pedangdut bahkan menjadi tren di kalangan penggemar, diikuti dan diadopsi oleh masyarakat secara luas.
Peran media dan industri hiburan juga memiliki andil dalam mengkristalnya hubungan antara musik dangdut dan goyangan. Televisi, radio, dan platform digital menjadi sarana yang membantu mempopulerkan dangdut dan goyangan-goyangan dalam skala lebih besar. Video musik yang menampilkan goyangan para biduan dangdut menjadi viral di media sosial, menciptakan tren dan memperluas jangkauan publik.
Ajakan untuk bergoyang tidak hanya terbatas pada panggung dangdut tetapi juga terdengar melalui berbagai saluran media. Program televisi yang menampilkan kompetisi dangdut dan penampilan para pedangdut membawa musik dangdut dan goyangan mereka ke dalam rumah-rumah penonton. Ini menciptakan keterlibatan yang lebih besar dan mengukuhkan persepsi bahwa musik dangdut dan goyangan adalah dua hal yang tak terpisahkan.
Tak Terpisahkan dari Tren Goyangan Dangdut
- Instagram @inul.d
Inul Daratista, nama yang tak lekang oleh waktu, dikenal sebagai penyanyi dangdut yang menciptakan fenomena dengan goyangan ikoniknya, "Goyang Ngebor".
Dalam sebuah wawancara dengan Luna Maya di channel YouTube Luna pada beberapa waktu lalu, Inul berbagi cerita tentang asal usul goyangannya yang kontroversial dan menjelaskan bagaimana hubungannya dengan tren goyangan dangdut di masa itu.
Inul Daratista menjelaskan bahwa dirinya menciptakan goyang ngebor karena ingin menggabungkan berbagai gaya goyangan dari pedangdut lain pada awal kariernya.
Pada masa itu, banyak penyanyi dangdut yang tampil dengan goyangan seksi dan kontroversial, memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Inul merasa tertantang untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dan memikat.
"Dulu aku nyanyi itu memang nyanyinya aktraktif. Ada penyanyi dangdut banyak banget dengan goyangan porno, goyangan seksi, goyangan ini ini, jadi aku mengolaborasi semuanya. Jadi di atas panggung, aku heboh," ucap Inul Daratista
Menurut Inul, goyangan dan dandanan seksi yang umum di kalangan penyanyi dangdut pada masa itu menjadi norma. Rok mini, gaun panjang dengan ritsleting di pinggul, dan gerakan-gerakan yang mengundang kontroversi menjadi pemandangan umum di atas panggung. Bagi penyanyi dangdut yang tampil di daerah, ini dianggap sebagai hal yang lumrah dan bahkan diharapkan oleh penonton.
"Karena kan kalau penyanyi dangdut rata-rata seksi, pakai rok mini, ada yang celana dalamnya dikasih payet, joget sampai kelihatan celana dalamnya, kalau di daerah memang gitu, dan aku ngalamin banget karena teman-teman aku juga gitu," jelas Inul.
Goyangan yang diusungnya tidak hanya memikat, tetapi juga memberikan kesan kebugaran dan kesehatan, menghadirkan sesuatu yang berbeda dari goyangan dangdut pada umumnya.
"Nah kalau aku enggak. Kalau aku goyangnya aktraktif tapi sehat gitu. Jadi aku kesana kemari, dan orang itu heran," ungkap Inul Daratista
Inul Daratista menjelaskan bahwa istilah 'goyang ngebor' pertama kali disampaikan oleh Eko Patrio dan Tika Panggabean saat dirinya mulai tampil di stasiun televisi swasta nasional. Saat itu, Eko Patrio dan Tika Panggabean memberikan cap khas pada gaya goyangan Inul, yang dianggap unik dan berbeda dari penyanyi dangdut lainnya.
"Jadi yang mempopulerkan dulu itu mas Eko Patrio waktu aku nyanyi di RCTI, dia sama Tika Panggabean melihat 'Kok bisa sih kamu nyanyi goyangannya seperti itu', pokoknya heboh. 'Baru kali ini aku melihat penyanyi dangdut kayak begitu tingkahnya, kamu kayak orang ngebor, atas bawah, bawah atas', nah itu Eko Patrio yang sama Tika Panggabean yang ngasih stempel itu dan bukan aku yang menciptakan," bebernya.
Sebelum mendapatkan julukan "ratu goyang ngebor," Inul Daratista juga memiliki sejumlah gerakan joget lainnya. Namun, setelah mendapat julukan tersebut, goyang ngebor menjadi identitas kuat Inul Daratista dan diterima oleh masyarakat sebagai bagian tak terpisahkan dari pertunjukan dangdutnya.
Seiring wawancara berlanjut, Inul Daratista mengakui bahwa goyang ngebor tetap menjadi bagian dari pertunjukannya, bahkan setelah beberapa waktu. Meskipun tidak seekstrim dulu, goyangan tersebut tetap menjadi identitas yang melekat dalam kariernya.
"Aku kalau di panggung off air kayak acara kampanye, acara hari ulang tahun kabupaten atau apa gitu yang di lapangan sih aku masih ya (goyang ngebor). Karena identitas, jadi mau enggak mau aku menyajikan itu walaupun enggak seekstrim dulu lah," pungkasnya.
Kesimpulan:
Inul Daratista mengakhiri pembicaraannya dengan menyampaikan bahwa goyang ngebor adalah hasil kreativitas dan imajinasi dari dirinya sendiri.
Meskipun kontroversial pada awalnya, goyangan tersebut berhasil menciptakan identitas unik dan fenomena dalam dunia dangdut.
Dengan gaya dan kreativitasnya, Inul Daratista menjadi perwakilan dari bagaimana seni dan budaya dangdut terus berkembang. Melalui inovasi dan keberanian menciptakan sesuatu yang baru, Inul Daratista membuktikan bahwa dangdut bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang ekspresi, identitas, dan kreativitas yang tak terbatas.
Goyang ngebor menjadi bukti bagaimana seni bisa menjadi alat untuk menghibur, memprovokasi, dan membangkitkan perbincangan di kalangan masyarakat.