Syam mengingat bagaimana ia menjual lagu “Biarkan Ku Sendiri” dan “Mengapa Terjadi” seharga Rp15.000 per lagu pada tahun 1982. Meski terasa sedikit saat itu, Syam merasa bahagia karena karyanya diakui.
Setelah mengalami masa-masa kejayaan di Ibu Kota, krisis moneter yang melanda Indonesia memaksanya kembali ke kampung halamannya di Sukabumi. Di sana, ia tetap menciptakan lagu meskipun keadaan ekonominya semakin sulit.
Bergabung dengan KCI membuka sedikit harapan bagi Syam. Lagu-lagu yang didaftarkannya memberinya royalti tahunan, meski jumlahnya tidak pasti. Sebagai contoh, pada tahun 2002, ia menerima Rp3 juta dari lagu yang dinyanyikan oleh Inul Daratista.
Namun, pada tahun 2024, ia hanya menerima royalti lagu sebesar Rp125.000, disusul tambahan Rp250.000 setelah dua bulan, dan tahun sebelumnya hanya Rp400.000.
Meski royalti yang diterima kecil, Syam tetap bangga ketika mendengar lagu-lagu ciptaannya diputar di radio. Radio adalah satu-satunya hiburan di rumahnya. Setiap kali mendengar lagu karyanya, perasaan bangga mengalir dalam dirinya, meski tak jarang ia meratapi nasibnya yang tak berubah.
"Lagu ciptaan masih suka didengerin, perasaan bangga masih dinyanyiin, masih diterima," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.