Bersama teman-temannya di Paguyuban Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI), Rhoma Irama mengeluarkan imbauan agar stasiun televisi memboikot Inul Daratista. Rhoma Irama menganggap bahwa goyangan Inul telah merusak citra dangdut yang selama ini dibangunnya.
Konflik semakin memuncak ketika Rhoma Irama menyuarakan keberatannya terhadap Inul Daratista di rapat Komisi VII DPR RI pada tahun 2006. Rhoma Irama mengungkit kembali kontroversi goyangan Inul, menyebutnya merusak citra bangsa. Inul Daratista hadir dan mencoba mencari jalan keluar, namun suasana menjadi semakin tegang.
"Mbak inul dengan kerendahan hati saya mengingatkan jujurlah pada diri mbak sendiri. Apa yang terjadi di Soneta Record lantai atas yang tidak disaksikan media tapi ada saksi mbak del, ada pak awang, pak alex alm juga ada kalau ga salah... mbak memutarbalikkan fakta di depan media," tuturnya.
Pada suatu momen, Inul Daratista mencium tangan Rhoma Irama sebagai tanda perdamaian di depan media. Namun, perdamaian tersebut hanya bersifat sementara. Tiga tahun kemudian, perseteruan antara keduanya kembali muncul. Dalam rapat Komisi VII DPR RI, Rhoma Irama kembali mengungkit kontroversi goyangan Inul. Suasana menjadi tidak enak, dengan interupsi dari anggota DPR yang berusaha mencegah penilaian yang terlalu keras terhadap Inul Daratista.
Dalam konfrontasi di hadapan media, Inul Daratista dengan mata sembabnya meluruskan segala tuduhan yang menghantui masa lalunya dengan Rhoma Irama. Ia menegaskan bahwa goyangannya hanyalah ekspresi seni dan motivasi, bukan upaya untuk merusak citra dangdut. Dalam pembelaannya, Inul Daratista meminta agar jujur pada dirinya sendiri dan menegaskan bahwa ada fakta yang telah diputarbalikkan.
"Saya luruskan bahwa itu tidak terjadi apa-apa pada diri saya, itu sekadar motivasi dan omongan saya yang lagi tulis, saya nggak nyebut nama, jadi ya jangan ada yang tersinggung," ujar Inul Daratista.
Seiring berjalannya waktu, perseteruan antara Rhoma Irama dan Inul Daratista mungkin telah mereda, namun impaknya tetap membekas dalam sejarah dangdut Indonesia. Kisah kontroversial ini menggambarkan dinamika kompleks antara seni, moralitas, dan pandangan masyarakat. Meskipun terjadi dua dekade lalu, perseteruan ini tetap relevan sebagai cermin dari perubahan dan tantangan dalam industri musik dangdut tanah air.