“Sejauh saya mencermati, tidak pernah ada pernyataan dari Gereja Katolik yang berkaitan dengan perusakan patung, pembakaran gereja sebagai penghinaan dan perusakan terhadap Allah-nya orang katolik. Tidak pernah muncul pernyataan dari otoritas Gereja Katolik menyatakan bahwa Allah kami dirusak, Allah kami dihancurkan, Tuhan kami dilempar, Tuhan kami diinjak, tidak pernah,” katanya lagi.
Hal itu menurutnya karena dengan merusak atribut-atribut yang dijadikan sebagai simbol keagamaan bukan berarti merusak Tuhan mereka.
“Karena apa? Merusak patung Yesus tidak sama dengan merusak Yesus, merusak gedung gereja tidak sama dengan merusak Allah,” lanjutnya.
Mengapa dijadikan patung?
Romo juga menjelaskan tentang adanya kemungkinan mengenai pertanyaan lalu mengapa membuat patung jika yang diimani adalah Tuhan. Menurutnya, patung salib dibuat karena bentuk kecintaannya terhadap Yesus, tapi bukan patung tersebut diartikan sebagai Yesus.
“Orang yang punya cinta dia akan kreatif, orang yang mencintai dia akan kreatif menciptakan ekspresi cinta itu dan memanifestasikannya dalam bentuk tindakan, bahasa atau benda-benda tertentu,” jelasnya.
“Dia membuat patung karena dia mencintai Yesus, bukan patung itu adalah Yesus,” pungkas Roro.