“Kalau kita menggunakan logika berpikir Daniel Mananta maka seharusnya dinyatakan pula bahwa rumah ibadah juga berpotensi menjadi berhala. Karena batu atau kayu atau tanah yang dipakai rumah ibadah sama juga dipakai untuk membuat patung, sama juga dipakai untuk memasak di dapur, sama juga dipakai untuk membuat gubuk di sawah, membuat jembatan, untuk membuat diskotik, untuk membuat bangunan lokalisasi dan sebagainya,” kata Romo di kanal YouTubenya.
Romo pun meminta untuk seseorang tidak terlalu mudah berasumsi dan menyebut sesuatu praktek penyembahan berhala hanya ketika melihat adanya seni patung dalam sebuah agama.
“Coba kita bertanya, adakah agama yang melucuti dirinya sebulat-bulatnya dari atribut-atribut simbolis tentang Allah tentang imannya? Adakah agama yang menetapkan penganutnya untuk beriman melulu dengan imajinasi tanpa perlu dimanifestasikan dalam simbol-simbol tertentu, tanpa perlu ada aktivitas-aktivitas tertentu, ada hukum-hukum tertentu, ada bahasa khusus, ada gerak dan pola-pola khusus? Rasanya sulit dibayangkan beriman yang seperti itu,” terang Romo.
“Maka sebenarnya bagi saya jangan terlalu mudah menuduh dan berasumsi dan menyebut sesuatu sebagai praktek penyembahan berhala hanya ketika melihat adanya seni patung, seni lukis di dalam sebuah agama,” sambungnya.
Arti dari berhala
Romo pun mendefinisikan apa arti dari berhala sebelum menjelaskan lebih jauh mengenai pendapatnya soal patung yang disembah manusia dan manusia yang disebut sebagai penyembah berhala.
“Jika didefinisikan kita akan berkata berhala itu berarti men-Tuhankan yang bukan Tuhan, menyebutnya seolah-olah Tuhan padahal bukan, menciptakan Tuhan dari benda-benda ciptaan Tuhan,” kata Romo.