Senggakan dalam dangdut koplo tidak hanya sekadar melodi tambahan, tetapi juga memiliki fungsi penting dalam menciptakan suasana yang lebih hidup.
Saat senggakan seperti “Buka Sithik, Jos!” terdengar, penonton sering kali terpicu untuk ikut bergoyang mengikuti irama, terutama pada bagian “Jos!” yang memberikan dorongan ritmis. Hal ini menunjukkan bagaimana senggakan bisa membawa energi dalam musik dan penampilan.
Namun, senggakan ternyata bukan hal baru. Fenomena ini sudah menjadi bagian dari kesenian tradisional Indonesia sejak lama.
gendang alat musik dangdut
Berasal dari tradisi karawitan Jawa, senggakan juga hadir dalam kesenian daerah lain seperti Calung Banyumasan dan Janthilan. Dalam kamus Poerwadarminta, senggakan disebut sebagai bagian vokal yang berfungsi memperkaya suasana dalam gendhing, memberikan sentuhan khas pada pengalaman mendengarkan musik.
Dalam gaya karawitan Surakarta dan Yogyakarta, senggakan menjadi bagian dari berbagai gendhing atau komposisi musik tradisional, seperti “Ha’e Ha’e… Ooooo… Eeeeee!”. Sebagai contoh, dalam Tari Gambyong Pareanom, suara senggakan “Oeee… Oeeee… Ooooeeeeng!” sering diiringi tepukan tangan, menciptakan suasana yang penuh kegembiraan.
Keberadaan senggakan dalam dangdut koplo menunjukkan betapa kuatnya unsur budaya tradisional dalam musik modern. Dengan menggabungkan seni tradisi dan gaya modern, senggakan memberikan warna khas yang memperkuat identitas musik dangdut koplo di Indonesia.