JagoDangdut – Mayjen TNI (Purn.) Eddie Marzuki Nalapraya menceritakan masa lalu Haji Rhoma Irama yang menjadi tamu spesial di acara D'Inspiration Irama, ditayangkan di Indosiar. Jenderal Eddie yang berusia 89 tahun terlihat masih gagah dan bersemangat menceritakan kisah masa kecil sang Raja Dangdut.
Eddie menceritakan awal kelahiran Rhoma Irama. Eddie termasuk sosok yang sangat melindungi dan menyayangi Rhoma Irama.
Eddie menceritakan dirinya pernah dikencingi Rhoma Irama yang saat itu masih bayi.
"Saya gendong dia (Rhoma Irama). Di ompolin dan dikencingin," ucap sang Jenderal.
Eddie sedikit bercerita tentang masa lalunya berperang dengan sang ayah Rhoma, yakni Raden Irama Burdah Anggawirya melawan Belanda.
"Saya ditugaskan untuk melawan Belanda,, saya nyasar karena tidak bawa kompas. lewat gunung galunggung," ucap Eddie.
Eddie menyebut sifat Haji Rhoma Irama sama dengan ayahnya.
"Karakter dia sama seperti bapaknya. Pernah saya datang bersama ibunya, ke tempat gerilya," ucap Eddie.
Eddie mengaku sebagai orang yang mendukung musik dangdut.
"Saya bangga , karena dengan kedekatan kita, saya pun mengembangkan dangdut, dulu ada TVRI, dulu dangdut ga boleh main, saya meminta dangdut boleh main.
Rhoma Irama pun menjawab cerita Eddie. 'Kata mamah, pak Eddie selalu melindungi dan menggendong saya, terimakasih pak Eddie," ucap Rhoma.
Stasiun televisi Indosiar menggelar acara tribute untuk Ulang Tahun Raja Dangdut, Haji Rhoma Irama pada Rabu malam 11 Desember 2019. Rhoma Irama membuka dengan lagu-lagu hitsnya.
Rhoma Irama membawakan lagu-lagu di depan para penggemarnya yakni Fans of Rhoma Irama dan Soneta Group (FORSA).
Ramzi yang membawakan acara D'Inspiration Of Irama membocorkan sejarah nama Rhoma Irama. Haji Rhoma pun menontonnya.
Namun tak langsung membocorkan. Digelarlah sebuah sandiwara. Sandiwara dimainkan oleh Gilang Dirga, Jirayut, Irfan Hakim, Evi Masamba.
Jadi, sang ibunda Rhoma Irama, R.H Tuti Juariah ingin menonton sandiwara yang diperankan Tan Tjeng Bok yakni aktor kawakan Indonesia di era tahun 1940an hingga tahun 1970an. R.H Tuti Juariah meminta ayah Rhoma, yakni
Raden Irama Burdah Anggawirya untuk menonton.
Nama tempat digelarnya sandiwara itu adalah Sanggar Irama Baru. Nama Irama pun menjadi inspirasi saat itu untuk menjadi bagian dari nama Rhoma Irama.