Peringati Hari Sumpah Pemuda, Guyon Waton Tampil di Pesta Budaya Desa Ponowaren - JagoDangdut

Peringati Hari Sumpah Pemuda, Guyon Waton Tampil di Pesta Budaya Desa Ponowaren

Pesta Budaya Desa Ponowaren
Sumber :
Share :

JagoDangdut – Tepat pada hari ini, 28 Oktober, diperingati Hari Sumpah Pemuda di Indonesia. Sumpah Pemuda sendiri merupakan ikrar kebangsaan yang dirumuskan melalui sebuah putusan Kongres Pemuda Kedua di Jakarta pada 27-28 Oktober 2028.

Dan tepat pada hari ini juga Guyon Waton yang merupakan salah satu band asal Yogyakarta, akan tampil dalam acara Pesta Budaya Desa Ponowaren. Menariknya lagi, acara ini gratis.

Guyon Waton Tampil di Pesta Budaya

Pesta Budaya Desa Ponowaren
Foto :
  • Instagram/ponowarenku

Pesta Budaya Desa Ponowaren sendiri merupakan pertunjukan seni dan budaya oleh pemuda dan pemudi Desa Ponowaren dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda.

Selain Hari Sumpah Pemuda, acara ini juga berkaitan dengan tasyakuran atas terpilihkan seorang tokoh menjadi anggota DPRD kabupaten Sukoharjo.

Dalam acara ini juga selain pertunjukan musik, akan ada juga penampilan Wayang Kulit, Tarian tradisional, Jaran kepang, karawitan, Geguritan, Bujang ganong, Kuliner dan masih banyak lagi.

Selain Guyon Waton, Pesta Budaya ini juga akan diramaikan oleh penampilan dari Ngatmombilung dan juga Om Wawes.

Profil Guyon Waton

Guyon Waton merupakan grup musik dangdut dan pop Jawa yang berasal dari Kulon Progo, Yogyakarta. Grup tersebut terbentuk pada 14 Mei 2015 silam.

Guyon Waton sendiri terdiri dari 6 personel, diantaranya Faisal Bagus Ibrahim (Vocal), Ahmad Arifin (Guitar), Hieronimus Ferry Widiyatmoko (Melody), Ndika Rismaya Pelma Arga (Ukulele), Ahmad Susilo Jati (Ketipung), Yuli Hamdani (Bass).

Nama Guyon Waton sendiri memiliki arti yang cukup unik. Yang mana 'Guyon' miliki arti Bercanda, sedangkan 'Waton'artinya Asal. Sehingga jika digabungkan nama Guyon Waton sendiri berarti bercanda asal.

Tetapi pada awalnya nama tersebut terbentuk bukan karena direncanakan untuk sebuah band. Tetapi lebih kepada perkumpulan beberapa remaja desa yang setiap malam berkumpul di depan warung dan nyanyi bersama.

Mereka awalnya bernyanyi dan diabadikan melalui rekaman ponsel saja yang kemudian dibagikan lewat media sosial masing-masing.

Hingga akhirnya banyak orang yang menyarankan agar dokumentasi tersebut dibagikan ke platform streaming video musik salah satunya YouTube.

Share :
Berita Terkait