JagoDangdut – Prontaxan, kolektif musik asal Yogyakarta yang terbentuk pada tahun 2018, terus mengukir jejak dengan gaya unik mereka yang menggabungkan berbagai genre musik.
Kolektif ini didirikan oleh Yahya Dwi Kurniawan, Uji Hahan Handoko, Lana Pranaya, Rangga Sang Eshayoga, Bagas Oktariyan Ananta, dan Dito Satriawan dengan tujuan menghadirkan sesuatu yang berbeda di dunia musik Indonesia.
1. Identitas Gaya Musik Prontaxan
Prontaxan dikenal dengan gaya musiknya yang unik, yang mereka sebut sebagai Funkot.
Sebuah perpaduan antara electronic music, dangdut, campursari, dan suara asli Nusantara, Funkot mencuat di Jakarta Barat pada awal 1990-an.
Namun, sering dianggap marjinal oleh sebagian, Prontaxan memilih merangkul genre ini sebagai identitas musik mereka dan mengubah pandangan orang terhadap Funkot.
2. Perlawanan terhadap Stereotip
Lebih dari sekadar kolektif musik, Prontaxan memiliki misi sosial yang kuat. Mereka ingin memecah stereotip yang melekat pada berbagai genre musik, terutama Funkot.
Melalui medium musik, mereka berusaha merayakan kesatuan dan mengajak pendengar untuk melihat melampaui batasan sosial yang seringkali melekat pada musik tertentu.
3. Perjalanan Panggung yang Sukses
Prontaxan membuat debut panggung resmi mereka pada Indonesian Netlabel Festival 2018.
Sejak saat itu, mereka terus merambah ke berbagai kota di Jawa, mengukir jejak dengan penampilan live yang energetik dan unik.
Remix mereka terhadap lagu-lagu indie populer memberikan sentuhan funkot yang segar dan memperoleh perhatian dari berbagai kalangan.
4. Rencana Masa Depan yang Ambisius
Selain meraih popularitas di kalangan penggemar indie, Prontaxan memiliki rencana ambisius untuk merilis album dengan lagu-lagu asli.
Mereka juga berencana berkolaborasi dengan tokoh-tokoh terkenal dalam dunia Funkot.
Tidak hanya itu, kolektif ini memiliki niat mendirikan Arisan Funky Academy sebagai wadah untuk mendukung musisi funkot dari berbagai daerah.
5. Pesan Bersatu Lewat Irama
Prontaxan tidak hanya menawarkan hiburan melalui musiknya; mereka memperjuangkan gagasan bahwa semua orang, tanpa memandang latar belakang sosial atau preferensi musiknya, dapat bersatu melalui irama yang diciptakan di lantai dansa.