"Dari situ saya punya harapan juga. Ya, mungkin kalau ada nasib nanti saya pengin dia rekaman," ucap ayah 3 anak itu.
"Ya alhamdulillah, dari situ saya arahkan. Saya belikan kaset, cd. Setiap lagu yang bisa membangun vokalnya dia. Setelah hafal baru diajak manggung," sambungnya.
Tanpa latihan dengan guru vokal ternama, bakat Lesti terasah secara sendirinya. Ia juga memulai pendapatan dengan bayaran hanya sejumlah Rp20 ribu. Penghasilannya terus naik, sampai ada yang berani kasih harga Rp150 ribu. Tapi, dibalik jumlah yang ditawarkan itu, terdapat cerita menarik.
Menerima untuk bernyanyi di suatu tempat, mereka harus menyusuri jalan yang tidak mudah. Meski demikian, mereka tetap semangat karena diimingi bayaran Rp150 ribu tersebut. Secara mengejutkan, selesai manggung jumlah uang yang diterima hanya Rp75 ribu. Bayaran Lesti dipotong secara sepihak.
"Dari awal manggung dia dibayar 20 ribu. Naik ke kelas 2, kita udah mulai nyebrang dari kecamatan ke kecamatan lain. Sampai nanjak gunung. Pas waktu itu musim hujan. Sempat jalannya longsor, sepeda motor kita sampai digotong sama orang. Tapi pas nyampe disana yang bayarannya tadinya udah mau 150 ribu, karena ada sesuatu disana, panggungnya katanya ada masalah, kita cuma dibayar 75 ribu," ungkap Endang Mulyana.