JagoDangdut – Mengusung unsur genre musik campursari dalam budaya Jawa ke dalam film Ambyar Mak Byar rupanya tidaklah muncul secara tiba-tiba. Pasalnya, Puguh P.S. Admaja, selaku sutradara memiliki kedekatan dengan genre musik campursari sejak kecil.
Tak ingin karyanya kali ini digarap dengan setengah-setengah, ia pun melakukan riset mendalam ke berbagai daerah untuk mendengar penuturan langsung dari para pegiat musik campursari di daerah. Simak selengkapnya berikut ini!
Riset Campursari untuk Film Ambyar Mak Byar
- JagoDangdut/ Alfa
Lahir dari keluarga Jawa dengan sosok ayah yang merupakan pemain gamelan, mudah bagi Puguh P.S. Admaja untuk mendalami genre musik campursari. Ia bahkan gemar mendengarkan musik tersebut sejak kecil sembari berlatih menari Jawa.
Kecintaannya pada budaya Jawa dan musik campursari itulah yang kemudian mendorongnya untuk berkarya lebih jauh lagi dengan melibatkan hal-hal yang ia cintai. Untuk mewujudkan hal tersebut, ia kemudian melakukan riset untuk film Ambyar Mak Byar.
“Kemudian saya berpikir bahwa kayaknya kalau bikin sesuatu jadi nih. Saya melakukan riset kan karena kan saya nggak tau bagaimana perjuangan mereka kan saya nggak tau sama sekali,” ungkapnya dalam press conference yang digelar di Metropole XXI, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa, 10 Desember 2024.
Berkeliling Jawa Tengah dan Jawa Timur, Puguh lantas menemui banyak penyanyi Jawa untuk mendengarkan cerita mereka dalam menghidupi musik campursari. Ia lantas menarik satu benang merah yang menjadi ide utama dalam film Ambyar Mak Byar.
“Saya kemudian melakukan riset ke berbagai tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ketemu berbagai penyanyi, salah satunya mas Evan, kemudian ketemu Gilga, Happy, sebelumnya ketemu Ndarboy. Cukup banyak saya ketemu hingga risetnya kuat dan saya tau persis bagaimana mereka memulai karier mereka dan hampir semuanya seragam. Beberapa tidak direstui orang tuanya di musik, beberapa awalnya musiknya genre lain jadi campursari,” papar sang sutradara film Ambyar Mak Byar.
Setelah perjalanan panjang, ia juga menemukan satu kesimpulan bahwa banyak penggemar campursari yang berangkat dari kecintaan pada genre musik lain, namun di lain sisi tetap menjadikan campursari sebagai sarana mengekspresikan sisi ambyarnya masing-masing.
“Dan mungkin itu sebabnya bahwa penggemar campursari itu ternyata menurut riset saya tidak pure penggemar campursari, tapi mereka penggemar dari berbagai musik genre tapi ketika mereka sakit hati mereka akan nonton campursari. Jadi mereka akan jogetin kesakitan hati mereka sambil nonton konser,” tandasnya.