Penipuan konser bukan lah hal baru. Bisa dilakukan oleh pihak penyelenggara maupun pihak-pihak luar yang tidak bertanggung jawab. Pesatnya perkembangan teknologi masih membuka peluang penipuan oleh-oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti yang diceritakan promotor senior, Adrie Subono di channel YouTube VINDES.
Alih-alih membicarakan siapa yang harus bertanggung jawab jika ada penipuan, artikel ini akan mengulas bagaimana penipuan bisa teratasi. Mari kita melihat antisipasi konser pada yang terjadi sekitar 40 tahun yang lewat.
Konser yang melibatkan legenda musik Indonesia, yakni Rhoma Irama yang dijuluki Raja Dangdut. Sejak Soneta berhasil merilis album perdananya pada tahun 1973, Rhoma Irama memiliki jadwal panggung yang cukup padat.
Lirik dan musik yang mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat membuat para penggemarnya sangat menantikan konsernya. Demi memuaskan hasrat para fans Rhoma Irama, banyak Orkes Melayu yang menampilkan lagu-lagu Rhoma Irama.
Tidak hanya merasakan nikmatnya bergoyang bersama, para Orkes Melayu tersebut juga berlomba-lomba untuk membuat penyanyinya semirip mungkin dengan sang Raja Dangdut. Dalam penampilannya, biduan-biduan itu juga diminta untuk mengikuti bagaima Rhoma Irama bergaya di atas panggung.
Dengan popularitas yang meledak, para Rhoma Irama KW itu juga ikut menggunakan nama ‘Irama’ pada nama belakangnya. Misal: Agus Irama, Michael Irama, Oliver Irama, dan sebagainya.
Namun urusan lain jika nama besar Rhoma Irama disalahgunakan. Pasalnya ada saja penipuan dengan menggunakan nama pelantun lagu ‘Judi’ tersebut. Wajah Rhoma Irama sering kali terpampang di papan pengumuman baliho bahkan disiarkan oleh radio setempat.