THR: Rhoma Irama Diminta Menjadi Anggota Dewan, Begini Nasihat Gus Dur - JagoDangdut

THR: Rhoma Irama Diminta Menjadi Anggota Dewan, Begini Nasihat Gus Dur

Rhoma irama dan Inayah Wahid putri Gus Dur
Share :

Jakarta – KH Abdurrahman Wahid, yang akrab disapa Gus Dur, dan H Rhoma Irama, memiliki ikatan persahabatan yang kuat yang terjalin melalui apresiasi bersama terhadap musik dan pengabdian sosial.

Kedua tokoh ini, meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, Gus Dur sebagai pemimpin spiritual dan Rhoma Irama sebagai raja dangdut telah saling mendukung dalam berbagai aspek kehidupan. Lantas seperti apa kelanjutannya? Berikut ini JagoDangdut sajikan untuk Anda!

Saran Gus Dur kepada Rhoma Irama

Rhoma Irama
Foto :
  • Instagram @rhoma_official

Dalam sebuah momen yang menunjukkan kedekatan dan kepercayaan mereka, Rhoma Irama meminta nasihat dari Gus Dur mengenai tawaran untuk menjadi Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

"Mohon pendapat, Gus. Saya mau dijadikan anggota dewan. Bagaimana menurut antum, Gus?” kenang Rhoma Irama, dikutip JagoDangdut dalam Podcast Bisikan Rhoma, Minggu (24/03)

Dengan ciri khas humor yang tajam, Gus Dur memberikan pandangan bahwa seorang ulama sejati tidak akan menemukan kesuksesan yang sama jika mencoba menjadi umara, atau pemimpin politik.

“Sampeyan itu ulama. Anggota DPR itu umara. Gak ada ulama sukses menjadi umara. Ulama ya ulama, umara ya umara. Kalau dua-dua sukses gak ada,” ujar Gus Dur, menambahkan sentuhan humor pada nasihat seriusnya.

Kisah ini juga mengungkapkan sisi lain dari Gus Dur, yang meskipun pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia, selalu dikenang karena kecerdasan dan kehumorannya.

Seperti yang diungkapkan oleh putrinya, Inayah Wulandari Wahid, dalam sebuah tayangan podcast, Gus Dur adalah pelawak sejati dengan pekerjaan sampingan sebagai presiden.

"Pekerjaan sampingannya presiden," beber Inayah.

Ini menegaskan bahwa di balik setiap lelucon dan tawa, terdapat kebijaksanaan dan refleksi mendalam tentang realitas sosial dan politik.

Melalui interaksi antara dua tokoh ini, kita dapat melihat bagaimana humor dapat menjadi alat komunikasi yang efektif, bahkan dalam diskusi serius tentang politik. Gus Dur, dengan gaya uniknya, mengajarkan bahwa kecerdasan dan kehangatan dapat berjalan seiring, dan bahwa dalam setiap tawa terdapat peluang untuk belajar dan merenung.

Share :
Berita Terkait