Jakarta– Komedian Komeng memiliki peluang besar untuk menjadi anggota DPD Jawa Barat lantaran KPU melaporkan, ia mengantongi suara terbanyak dari kandidat lainya.
Melansir laman web KPU pada hari ini, Kamis, 15 Februari 2024 pukul 18.21 WIB, Komeng meraih 8,48 persen atau 334,625 suara. Selengkapnya simak artikel di bawah.
Program Kerja Komeng Jika jadi Anggota DPD
- Tangkapan Layar YouTube
Media sosial saat ini tengah dihebohkan oleh berita terkait foto lucu komedian Komeng di dalam surat suara DPD RI Pemilu 2024 Dapil Jawa Barat.
Foto lucu dan nyeleneh Komeng dalam surat suara tersebut kini sedang ramai dibahas. Dalam surat suara DPD RI Pemilu 2024 Dapil Jawa Barat, foto Komeng memang beda dari yang lain.
Komeng yang mengenakan kemeja biru tampak tengah berekspresi lucu dengan mata melotot. Tak ayal, jika foto itu sukses menarik perhatian banyak orang.
Sementara itu, ketika ditanya apa program kerja Komeng saat nantinya duduk sebagai anggota DPD, ia membahas mengenai "Hari Komedi".
Komeng menjelaskan bahwa seperti Hari Film dan Hari Musik, Hari Komedi juga layak diakui sebagai bagian penting dari budaya.
Menurutnya, komedi memiliki peran penting dalam menciptakan keceriaan dan mempererat hubungan antarindividu dalam masyarakat.
"Coba lihat.. Hari Film ada, Hari Musik ada, tapi Hari Komedi nggak ada," kata Komeng kepada awak media, Rabu, 14 Februari 2024.
"Sudah datang ke DPR, ane bilang, 'ini teman-teman pelawak nggak bisa'. Ya sudah ane coba," ujar Komeng.
Tak hanya itu, Komeng juga memiliki visi jangka panjang yang cukup ambisius. Dia berharap dapat memperkenalkan Indonesia di mata dunia melalui seni komedi.
Mengacu pada kesuksesan Korea dalam ekspansi budaya mereka melalui drama dan musik, Komeng yakin bahwa Indonesia juga memiliki potensi yang besar dalam hal ini.
"Saya bikin konsep gimana caranya kita bisa menjajah negara lewat budaya. Kan selama ini kita di jajah oleh korea ya, dengan drakor, dengan apanya pun sampai ke makanannya," ujar Komeng.
Dia berencana untuk menggalang kerja sama antara komunitas-komunitas komedi di Indonesia dan di luar negeri.
Dengan demikian, tidak hanya mendapatkan apresiasi di dalam negeri, namun seni komedi Indonesia juga bisa dikenal di dunia internasional.
Selain itu, Komeng juga membahas masalah honorarium dalam dunia komedi. Dia mencatat bahwa di luar negeri, komunitas komedi biasanya memotong honorarium, sementara di Indonesia hal tersebut jarang terjadi.
"Kalau main di luar negeri itu komunitas komedinya, minta potongan honor kita," kata Komeng.
"Tapi di komunitas di kita nggak pernah mau motong (honor) orang dari luar. Kan banyak pemain luar pada main disini. Semaunya aja dia, enjoy aja ya kan," ujarnya.
Komeng berharap dapat membawa perubahan dalam hal ini, sehingga para pelaku seni komedi di Indonesia bisa mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang pantas.
"Jadi keseniannya secara garis kebudayaan di Indonesia kan kurang. Padahal dari budaya bisa diangkat dan bisa menghasilkan pemasukan yang besar buat negara," kata Komeng.