Kebangkitan Dangdut Hip Hop di Industri Musik Indonesia - JagoDangdut

Kebangkitan Dangdut Hip Hop di Industri Musik Indonesia

NDX AKA di Kendal
Share :

Jakarta - Musik dangdut koplo menunjukkan grafik yang signifikan terus sejak 2 dekade belakangan ini. Dengan irama yang lebih cepat dari dangdut klasik, dangdut koplo berhasil mengangkat musisi-musisi daerah semakin dikenal di Indonesia.

Seperti diketahui, musik dangdut sendiri dipengaruhi oleh berbagai genre musik asing, seperti India, Melayu, Arab, dan Barat. Seiring dengan perkembangannya, dangdut juga banyak menghasilkan sub-genre lainnya.

Seperti halnya dangdut hip hop, yaitu genre musik yang menggabungkan unsur dangdut dan hip hop. Dangdut hip hop mulai dikenal sekitar tahun 2010-an, ketika beberapa penyanyi dangdut seperti Via Vallen dan Nella Kharisma mempopulerkan lagu-lagu yang menggunakan rap dan beat hip hop.

Jika melihat beberapa tahun ke belakang, ada sebuah fenomena di masyarakat setelah Via Vallen membawakan lagu berjudul 'Bojo Galak'. Keberhasilan lagu tersebut membuat karya itu seakan tak pernah absen di setiap pentas dangdut.

Kini lagu-lagu dangdut hip hop yang menggunakan bahasa Jawa itu pun sedang menjadi tren. Aliran musik tersebut juga berhasil menciptakan basis penggemar yang cukup fanatik. Berikut ini 3 band aliran dangdut hip hop Tanah Air yang sedang naik daun.

1. Pendhoza

Pendhoza
Foto :
  • YouTube: Pendhoza Official

Pendhoza adalah grup hip hop dangdut yang berasal dari Imogiri Bantul Yogyakarta. Nama Pendhoza adalah kependekan dari ‘sarat dengan doa dan usaha’. Pendhoza dibentuk oleh dua sahabat sejak kecil, Sandios dan Lewunk. 

Kami memulai dari posisi pendosa, tapi ingin bermusik dengan jujur. Kami sadar punya banyak kekurangan, tapi tetap berusaha,” ujar Sandios saat menjelaskan makna nama grupnya.

Pendhoza sudah berdiri selama 5 tahun, sejak 15 Desember 2012. Sampai saat ini, Pendhoza sudah membuat sekitar 15 lagu. Genre musik Pendhoza cukup unik, yaitu hip hop dangdut. Ini adalah kompromi antara selera musik Sandios yang suka hip hop dan Lewunk yang suka dangdut.

Selain genre, lirik lagu Pendhoza juga menarik perhatian. Lirik lagu Pendhoza mengisahkan tentang keseharian. Lirik lagu Pendhoza sering menggunakan bahasa Jawa. 

Kita pingin mengenalkan bahasa jawa. Kalau dapat bahasa jawa diterima masyarakat nggak hanya di Jawa namun di luar Jawa,” ungkapnya.

Pendhoza tidak selalu mulus dalam berkarya. Di awal karier, mereka sering manggung tanpa dibayar. Bayaran pertama mereka adalah amplop berisi uang Rp 30 ribu. 

Kita pernah di kafe bayaran es teh,” timpal Lewunk.

Berhasil meraih kepopuleran hingga memiliki tarif sampai belasan juta, Lewunk dan Sandios tetap tak lupa daratan. Berhasil menjadi seorang musisi terkenal, Pendhoza sendiri memiliki kisah yang inspiratif.

Di mana Lewunk dan Sandios pernah bekerja sebagai kuli bangunan. Setelahnya mereka berdua pernah menjadi kasir toko. Di sela-sela waktu senggan menjadi kasir toko, di situlah Pendhoza berhasil menciptakan lagu 'Bojo Galak'.

Mereka berharap Pendhoza bisa terus berkarya dan kisahnya bisa menjadi motivasi ataupun inspirasi untuk banyak orang.

Keduanya bercita-cita Pendhoza dapat konsisten berkarya dan dapat tidak jarang kali diterima publik. “Semoga menginspirasi teman-teman yang inginkan berkarya di hiphop dangdut. Semoga hiphop dangdut nggak musiman,” harap Sandios.

2. NDX AKA

NDX AKA
Foto :
  • Instagram/NDX AKA

Nama NDX AKA tentunya sudah tak lagi asing untuk para pecinta musik di Tanah Air. NDX A.K.A sendiri adalah sebuah grup dangdut hip hop yang namanya berasal singkatan dari salah satu anggota mereka, Yonanda atau Nanda. ‘ND’ adalah nama Nanda, sedangkan ‘X’ adalah extreme karena musik Hip Hop Dangdut yang dianggap ekstrem untuk digabungkan. ‘A.K.A’ adalah kependekan dari As Known As atau alias.

Siapa yang menduga, jika grup Hip Hop Dangdut dari Imogiri, Jogjakarta ini sudah punya puluhan bahkan ratusan ribu penggemar. Mereka bahkan punya nama khusus untuk penggemar mereka, Familia untuk penggemar laki-laki, dan Lady Fams untuk penggemar perempuan. NDX meraih kesuksesan ini tidak gampang. Karena dua personil mereka, yaitu Yonanda Frisna Damara (DNX) dan Fajar Ari (PJR Michropone) dulu adalah kuli bangunan. NDX dibentuk pada 11 September 2011, dan bayaran pertama mereka di panggung adalah 75 ribu rupiah.

Tahun 2014 menjadi momen bersejarah bagi mereka. Lewat lagu ‘Bojoku Digondol Bojone’, nama NDX mulai terkenal di Jogja, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Liriknya yang jujur dan apa adanya, menjadi senjata NDX. Dari kuli bangunan dan pernah dapat 75 ribu di panggung pertamanya, Nanda dan Fajar sekarang jadi jutawan.

Bahkan keduanya memiliki jadwal manggung yang padat pada tahun 2023 silam. Terlebi sentuhan lagu 'Nemen' versi NDX AKA membuat lagu tersebut semakin meledak.

Hip Hop dangdut mereka pilih karena memang Nanda dan Fajar menyukai dua genre musik itu. Lagu-lagu mereka juga banyak bertema patah hati yang merupakan pengalaman pribadi masing-masing personil.

"Kami memang suka hip hop dan dangdut. Lalu lagu kami banyak tentang patah hati. Jadi lagu patah hati kalau dinyanyikan dengan gaya ini bisa tetap joget,” ujar Nanda

3. Om Wawes

Om Wawes
Foto :
  • Instagram Om Wawes

Musik dangdut, bukanlah musiknya orang rendah, bukan pula hanya untuk orang yang tinggal di daerah terpencil. Tapi, dangdut itu musik bermutu. Bukan waktunya anak muda sekarang harus minder ataupun merasa malu ketika ingin mengaku suka dengan dangdut. Itulah yang ingin ditegaskan oleh grup band indie Om Wawes. Grup yang dibentuk pada November 2012 ini, punya keinginan besar untuk mengubah citra musik dangdut agar bisa dinikmati anak muda, khususnya di Yogyakarta.

Kami ingin anak muda bisa suka dan tidak malu dengan dangdut. Tidak gengsi maupun memandang sebelah mata genre ini. Om Wawes ingin mewakili anak muda yg tidak gengsi dan malu dengan musik dangdut. Kami juga ingin dangdut mengedepankan kualitas karya dan suara, bukan cuma sekedar sexy saja,” jelas vokalis Om Wawes, Dhyen.

Menurut Dhyen, awalnya ia bersama Tony (drum) iseng membuat Om Wawes. Mereka memilih keluar dari grup musik Jogjamming. Dhyen dan Tony yang dasarnya bukan dangdut, nekat coba main musik dangdut.

Sedikit banyak tujuan kami sejak awal ingin ‘meracuni’ anak muda agar kupingnya bisa dimasuki musik dangdut berhasil. Senang juga setelah enam tahun berjuang, sekarang dangdut Yogya semakin maju dan kian banyak ‘biduan lanang’ seperti kami,” sebutnya.

Soal lagu Sayang yang fenomenal, Dhyen menjelaskan sebenarnya lagu tersebut karya teman yang juga bapak asuh mereka, Anton Obama. Posisi Om Wawes pertama, merekam dan mengunggah lagu Sayang versi asli sebelum kemudian didaur ulang hingga saat ini. Tony juga mengubah judul lagu tersebut menjadi Sayang dari sebelumnya berjudul Cinta Abadi.

Jadi kalau tidak ada lagi Sayang mungkin juga tidak ada Om Wawes. Begitu juga sebaliknya kalau tidak ada Om Wawes juga tidak ada bakalan ada lagu Sayang sampai detik ini,” jelasnya.

Selain itu Dhyen menegaskan sejak awal hingga saat ini grup yang diperkuat Dhyen (vokal), Tony (drum), Agung Jondil (keyboard), Gendhut (ketipung), Bagus (add bass), Bege (add Gitar) ingin selalu konsisten dengan lirik yang sedih dan patah hati. Sebab itu, mereka memberi tagline Om Wawes sebagai ‘dangdut remukan ati’.

Sekali lagi kami bukan seperti orkes dangdut pada umumnya. Kami hampir sebagian besar bukan berasal dari dangdut, tapi anak band yang coba bikin band dangdut. Jadi bisa dibilang OM Wawes itu band indie yang mengusung genre dangdut. Sehingga dangdut kami beda dengan orkes2 dangdut pada umumnya,” jelas Dhyen.

Waktu demi waktu, grup Om Wawes semakin maju dan bisa diterima di masyarakat. Om Wawes bisa menciptakan lagu dangdut yang dikemas dengan berbagai genre, mulai dari dangdut rock, dangdut keroncong, dsb.

Share :
Berita Terkait