Ia mengklaim bahwa semua yang ia pakai dan katakan sudah ditentukan oleh produser dan disetujui oleh CEO dari salah seorang stasiun televisi.
"Dan lagi pula yang harus digarisbawahi, ini aku bukan melakukan sebuah pembelaan ya. Tapi aku berhak untuk bisa bercerita. Jadi kalau misalnya kita namanya syuting di televisi, itu kan ada produser, ada wardrobe, ada kreatif. Dan semua apa yang kita pakai, pertanyaan-pertanyaannya mau seperti apa, itu kan udah ditentuin sama produser, dan itu tayangan live," ungkap Igun.
"Kalau waktu itu produser aku tidak approve dengan apa yang aku pakai, harusnya dia punya hak untuk komen aku ada di situ. Dan pada waktu itu juga ada CEO dari trans dan segala macam gitu," lanjutnya.
Igun juga menceritakan kronologi kejadian yang membuatnya ditegur KPI. Ia mengatakan bahwa pada saat ulang tahun Brownis ke-6, konsep acaranya adalah back to 60's. Ia mengaku selalu ribut dengan orang wardrobe karena menurutnya mereka tidak well prepared. Ia mengaku sebagai desainer yang berpengalaman dan memiliki knowledge tentang fashion.
"Jadi itu kejadiannya pas lagi ulang tahun brownies ke-6, jadi konsep kita itu adalah back to 60's. Jadi aku tuh ceritanya, aku tuh selalu ribut sama orang wardrobe. Karena menurut aku orang wardrobe itu dia kerjanya, nggak well prepared. Kan gua desainer beb, puluhan tahun. Jadi gua tahu dong gua nanganin artis, gua nanganin bintang film, gua nanganin semua dong yang berkaitan dengan wardrobe," cerita Igun.
"Dan aku punya knowledge di situ loh. Karena orang bayar aku mahal untuk aku make over dan segala macam," sambungnya.
Igun mengaku bahwa ia melakukan research tentang baju 60's dan mendapat budget Rp10 juta dari stasiun TV untuk membuat baju. Namun, ternyata budget tersebut untuk empat orang.