Jakarta – Rhoma Irama, pionir musik dangdut di Indonesia, menorehkan perjalanan karier bermusik yang luar biasa. Lahir di Tasikmalaya pada 11 Desember 1946, pria ini bukan hanya seorang musisi, tetapi juga seorang pemimpin yang membawa perubahan besar dalam dunia musik Indonesia. Artikel ini akan membahas perjalanan panjang Rhoma Irama, mulai dari awal kariernya hingga kesuksesannya sebagai Raja Dangdut, menggali segala aspek yang membuatnya unik dan tak tergantikan.
Rhoma Irama memulai kariernya sebagai musisi pada tahun 1960-an. Membentuk grup band pertamanya, Gayhand, menjadi langkah awalnya dalam merintis jejak di dunia musik.
Namun, perjalanan ini tidaklah mudah baginya. Ia terus berpindah-pindah dari grup band ke Orkes Melayu, seperti Chandra Leka dan El Sitara. Inilah awal dari perjalanan panjangnya yang mengguncang dunia musik Indonesia.
Rhoma Irama bukan hanya seorang musisi biasa. Ia adalah inovator dalam dunia musik dangdut, menggabungkan unsur-unsur musik melayu, rock, pop, dan India.
Inovasinya menciptakan genre musik yang baru dan menarik perhatian banyak pendengar. Kombinasi yang unik ini memberikan warna tersendiri dalam dunia musik Indonesia, dan karya-karyanya menjadi representasi keberagaman budaya dalam musik.
Puncak kesuksesan Rhoma Irama terjadi ketika pada tanggal 13 Oktober 1973, ia membentuk Orkes Melayu Soneta. Bersama Soneta, Rhoma Irama mengukir prestasi gemilang. Kesuksesan ini terwujud dalam 9 Golden Records yang diterimanya dari penjualan lagu-lagu ciptaannya dan puluhan penghargaan lainnya. Soneta bukan sekadar sebuah grup musik, tetapi merupakan wahana di mana Rhoma Irama menyalurkan bakat dan visinya dalam menghadirkan musik dangdut yang bermakna.
Rhoma Irama tidak hanya dikenal sebagai musisi yang sukses, tetapi juga sebagai penulis lagu yang berbakat. Karya-karyanya mencerminkan kehidupan sehari-hari, perjuangan, dan cinta. Lagu-lagu seperti "Begadang" dan "Darah Muda" bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menyentuh hati dan menginspirasi generasi. Pengaruh sosialnya melalui lirik-lirik lagu membuktikan bahwa musik bukan hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai media untuk menyampaikan pesan dan nilai.
Pada puncak kejayaannya, Rhoma Irama dianugerahi gelar Raja Dangdut. Gelar ini bukan hanya sekadar julukan, tetapi mencerminkan dominasinya dalam dunia musik dangdut. Keberhasilannya dalam membawa dangdut ke tingkat internasional menjadikan dirinya ikon yang dihormati oleh pecinta musik dari berbagai kalangan. Gelar Raja Dangdut yang melekat padanya telah bertahan hingga saat ini, menjadi bukti tak terbantahkan atas kontribusinya yang luar biasa dalam membangun dan mempopulerkan musik dangdut.
Rhoma Irama, dengan segala perjuangannya, telah membuktikan bahwa konsistensi, inovasi, dan dedikasi adalah kunci kesuksesan. Perjalanan panjangnya sebagai musisi dan pemimpin Soneta tidak hanya menciptakan sejarah dalam dunia dangdut, tetapi juga mengukir legenda yang tak tergantikan. Keberhasilannya sebagai Raja Dangdut telah menciptakan landasan kokoh bagi generasi musisi berikutnya.
Jika diperhatikan secara seksama, Rhoma Irama seringkali menggunakan selendang saat tampil di berbagai acara. Lantas apa maksud penyanyi dangdut Rhoma Irama menggunakan selendang di setiap acara? Berikut ini JagoDangdut sajikan untuk Anda!
Alasan Rhoma Irama Pakai Selendang Setiap Manggung
- Kolase Istimewa
Dalam setiap penampilannya, Rhoma Irama selalu setia dengan gitar kesayangannya yang memiliki ciri khas, yaitu tanpa kepala alias buntung. Gitar ini bukan hanya alat musik biasa bagi Rhoma, tetapi menjadi bagian dari identitasnya dalam bermusik. Keunikan gitar ini turut memberikan warna tersendiri dalam panggung musik dangdut yang penuh dengan energi dan semangat.
Rhoma Irama tidak hanya dikenal melalui gitar buntungnya, tetapi juga lewat selendang yang selalu terkalung di dadanya saat tampil di atas panggung.
Dalam sebuah wawancara di acara LIDA 2021, Rhoma Irama menjelaskan bahwa selendang tersebut bukan hanya aksesori biasa, melainkan sebuah simbol dari Islam. Selendang menjadi identitas bahwa Rhoma Irama dan Soneta Group adalah seorang muslim.
Identitas Sebagai Muslim
- Instagram/rhoma_official
Rhoma Irama dan Soneta Group tidak sekadar menyajikan musik dangdut sebagai hiburan semata. Mereka membawa misi dakwah dan doa melalui lirik-lirik lagu yang sarat makna keagamaan. Dengan semboyan "Voice of Moslem," mereka menggambarkan bahwa setiap karya musik mereka adalah suara dari komunitas muslim, menciptakan ruang untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan kebaikan.
Dalam sebuah video di kanal YouTube Indosiar berjudul 'Bukan Hanya Arafah!! Semua Penasaran Kenapa Gitar Rhoma Irama Ga Ada Kepalanya ???', Arafah, seorang artis, bertanya kepada Rhoma Irama mengenai selendang yang sering kali dikenakannya.
"Pak Haji, kenapasih kalau nyanyi suka pake selendang gitu? Mau jadi putri apa gimana gitu," tanya Arafah.
Rhoma Irama menjelaskan bahwa selendang tersebut adalah simbol dari Islam dan merupakan salah satu identitas dari Soneta Group sebagai "Voice of Moslem."
"Sebetulnya selendang itu sebagai simbol dari Islam aja," jawab Bang Haji Rhoma.
Rhoma Irama tidak hanya menjadi Raja Dangdut secara musikal, tetapi juga sebagai pionir dalam membawa nuansa Islami ke dalam dunia dangdut.
"Sorban itu salah satu simbol bahwa Soneta the Voice of Moslem. Jadi salah satu ciri muslim itu ya selendang," kata Rhoma Irama.
Dengan karya-karyanya yang penuh makna dan berdakwah, ia telah membuka jalan bagi generasi musisi dangdut Islami berikutnya.
Rhoma Irama, dengan gitar buntungnya dan selendang Islamnya, tidak hanya menjadi ikon dalam musik dangdut, tetapi juga sebagai figur yang menginspirasi dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan.
Melalui Soneta Group, ia telah menciptakan warisan musik yang tak terlupakan. Dengan eksplorasi karyanya yang terus berlanjut, Rhoma Irama tetap menjadi sosok yang relevan dan mengguncang dunia musik dangdut Indonesia.
Gitar buntung dan selendang Islamnya bukan hanya simbol fisik, tetapi juga simbol semangat untuk terus berkarya dan memberikan warna baru dalam dunia musik tanah air.