Jakarta – Rhoma Irama, juga dikenal sebagai Bang Haji, memang pantas menyandang gelar Raja Dangdut di Indonesia. Dengan karya dan dedikasinya selama puluhan tahun, ia berhasil mengukir namanya sebagai salah satu ikon musik dangdut. Karier Rhoma Irama dimulai pada awal tahun 60an, membuktikan bahwa keberhasilan tidak datang dengan cepat. Namun, melalui perjuangan dan bakatnya, Rhoma Irama muncul sebagai sosok yang mampu mempertahankan eksistensinya di dunia musik.
Lagu-lagu dangdut Rhoma Irama menjadi bukti kekuatan dan daya tarik musiknya. Hampir semua karyanya berhasil meledak di pasaran, menciptakan gelombang penggemar dan pengikut setia. Salah satu lagu yang tetap populer hingga hari ini adalah "Judi." Lagu ini, meskipun kontroversial, memiliki daya tarik unik dan terus dinyanyikan oleh orang-orang dari berbagai generasi.
Rhoma Irama tidak hanya menciptakan lagu-lagu dangdut secara instan. Ia melibatkan dirinya dalam proses kreatif yang rumit, terutama saat menciptakan lagu "Judi." Dalam pengakuan pribadinya, Rhoma Irama menyatakan bahwa lagu dangdutnya tidak langsung diciptakan. Sebaliknya, ia terlibat dalam penelitian mendalam untuk memahami dampak dan makna di balik setiap lirik.
Tak heran jika banyak lagu dangdut Rhoma Irama membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga matang untuk dipersembahkan kepada penikmat musik. Proses kreatif yang intens ini mencerminkan kepedulian dan ketertarikan Rhoma Irama terhadap dampak sosial dan makna mendalam dalam setiap karyanya.
Namun, di antara sekian banyak lagu Rhoma Irama, "Judi" muncul sebagai lagu yang penuh kontroversi. Lantas apa sejarah dan arti lagu Judi milik Raja Dangdut Rhoma Irama tersebut? Berikut ini JagoDangdut sajikan artikelnya untuk Anda!
Profil dan Perjalanan Karir Rhoma Irama
- Instagram @rhoma_official
Rhoma Irama atau juga dikenal dengan sebutan Raden Oma Irama atau Bang Haji ini mengawali kariernya sebagai musisi sejak tahun 1960-an. Ia memulai mendirikan grup band Gayhand. Tidak lama kemudian, ia bergabung dengan beberapa Orkes Melayu, seperti Chandra Leka dan El Sitara. Setelah berpindah-pindah dari grub band ke band lainnya, barulah pada 13 Oktober 1973 Rhoma Irama membentuk Orkes Melayu Soneta.
Bersama Soneta, Rhoma Irama membawa kesuksesan. Ia memperoleh 9 Golden Records dari penjualan lagunya dan puluhan penghargaan lainnya. Yang fenomenal, gelar Raja Dangdut menempel kepada dirinya tak tergantikan hingga sekarang.
Tak hanya bermusik, Rhoma pun merambah seni olah peran sejak tahun 1970-an. Berbagai film layar lebar yang ia perankan selalu sukses di pasaran. Rhoma memperoleh peran utamanya dalam film “Oma Irama Penasaran” yang rilis tahun 1976. Sedangkan beberapa filmnya yang terkenal adalah "Satria Bergitar", "Camelia" dan "Pengabdian".
Hingga tahun 2017, tercatat sudah 29 judul film yang telah ia perankan. Pria yang terkenal dengan lagu “Begadang” ini juga sangat produktif menciptakan album baik melewati Soneta maupun secara Solo. Ada yang berbeda dengan penyanyi satu ini. Rhoma dalam bermusik bukan sekadar hiburan dan bernyanyi semata. Ia menganggap dan memproklamasikan musiknya sebagai musik dakwah (Voice of Moslem) sejak 1973.
Sejarah Lagu Judi dan Transformasi Musik Dangdut
- Berbagai Sumber
Pada tahun 1973, Rhoma Irama mulai mengubah arah lagunya dari dangdut hiburan menjadi dangdut dakwah, memproklamasikan musiknya sebagai "Voice of Moslem". Lagu-lagu ciptaannya menjadi sarana kritik sosial, mengangkat isu-isu yang relevan dengan masyarakat.
Salah satu lagu fenomenal yang mencerminkan pandangan sosial Rhoma Irama adalah "Judi". Lagu ini bukan hanya sebuah karya musik biasa, tetapi juga merupakan bentuk kritik terhadap perjudian dan dampak negatifnya terhadap masyarakat.
Rhoma Irama meriset lagu "Judi" selama tiga tahun untuk memahami dampak perjudian pada masyarakat. Lagu ini pertama kali dinyanyikan pada tahun 1988 dalam acara Kamera Ria di TVRI, yang juga menjadi penampilannya pertama setelah dicekal oleh Pemerintah Orde Baru.
Makna Dalam Lagu Judi
- Instagram/rhoma_official
Lagu "Judi" menciptakan narasi kritis terhadap perjudian, dipandang sebagai penyakit sosial yang merugikan masyarakat. Rhoma Irama menyatakan bahwa perjudian tidak hanya membawa kemiskinan tetapi juga membahayakan mental dan moral masyarakat.
Dalam pandangan Rhoma Irama, perjudian dapat membuat orang kaya menjadi miskin dan cenderung membuat masyarakat malas. Meskipun seseorang tampak menang, menurutnya, itu hanyalah awal dari kekalahan yang lebih besar.
Rhoma Irama juga menciptakan lagu "Judi" sebagai bentuk perlawanan terhadap acara Porkas (Pekan Olahraga dan Ketangkasan) yang dianggapnya sebagai bentuk perjudian tersembunyi. Lagu ini menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan perjudian yang kontroversial pada era tersebut.
Kritik Terhadap Porkas dan Perlawanan Terhadap Kebijakan Kontroversial
- Instagram/rhoma_official
Rhoma Irama tidak hanya mengkritik perjudian melalui lagu "Judi" tetapi juga secara terbuka menentang Porkas, sebuah undian berhadiah yang dianggap sebagai praktik perjudian dalam bidang olahraga. Kritiknya tidak hanya berasal dari aspek moral, tetapi juga mengacu pada dampak negatif perjudian terhadap masyarakat.
Meskipun pemerintah Orde Baru berpendapat bahwa Porkas bukan bentuk perjudian, Rhoma Irama dan banyak pihak lainnya, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI), menentang keras kebijakan tersebut. Mereka menganggap bahwa Porkas lebih banyak merugikan masyarakat daripada memberikan manfaat.
Pada saat yang sama, Rhoma Irama memproklamasikan musik dangdut sebagai alat dakwah Islam. Ia berjuang untuk meningkatkan martabat musik dangdut agar diakui sejajar dengan genre musik lainnya.
Kritik terhadap Porkas dan kebijakan perjudian pada umumnya mencerminkan pandangan moral dan agama Rhoma Irama. Baginya, dakwah bukan hanya sebatas lantunan lagu tetapi juga kompas untuk membimbing masyarakat ke arah yang lebih baik.
Kesimpulan: Jejak Kritis Rhoma Irama dalam Lagu Judi
Rhoma Irama, Raja Dangdut Indonesia, tidak hanya dikenal dengan kepiawaiannya membawakan lagu-lagu yang menghibur, tetapi juga dengan jejak kritisnya melalui karya-karya yang memberikan pesan moral dan sosial. Lagu "Judi" merupakan salah satu contoh karya mendalam Rhoma Irama yang tak hanya menjadi bagian dari sejarah musik dangdut, tetapi juga menggugah kesadaran masyarakat terhadap isu-isu sosial yang relevan.
Lagu "Judi" menjadi suara kritis Rhoma Irama terhadap praktik perjudian yang dianggapnya sebagai penyakit sosial. Dalam lirik-liriknya, Rhoma Irama menggambarkan perjudian sebagai kegiatan yang merugikan masyarakat. Pandangannya terhadap perjudian tidak hanya bersifat moral, tetapi juga mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan.
Rhoma Irama melalui "Judi" memberikan gambaran bahwa perjudian bukan sekadar hiburan atau keberuntungan semata. Ia menggambarkan perjudian sebagai penyakit yang dapat menghancurkan fondasi sosial masyarakat. Pendekatannya yang kritis terhadap isu ini menjadikan lagu tersebut lebih dari sekadar komposisi musik, melainkan medium untuk menyuarakan kepeduliannya terhadap kesejahteraan masyarakat.
Rhoma Irama tidak hanya terbatas pada peran sebagai penyanyi dangdut, tetapi juga memandang musik sebagai alat dakwah. Sejak tahun 1973, ia mulai mengubah orientasi lagunya dari dangdut hiburan menjadi dangdut dakwah. Transformasi ini terbukti melalui lagu-lagu seperti "Judi," yang tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan pesan moral dan kepedulian sosial.
Musik dangdut yang awalnya dianggap sebagai hiburan sehari-hari berkembang menjadi medium yang lebih serius, menjadi sarana untuk menyuarakan pandangan dan nilai-nilai moral. "Judi" adalah contoh bagaimana Rhoma Irama berhasil menyematkan pesan kritisnya terhadap perjudian dalam kemasan musik dangdut. Dengan pendekatan ini, ia mencapai tujuannya untuk menjadikan musik dangdut setara dengan genre musik lainnya.