Jakarta - Indonesia kini sedang berada pada musim politik, di mana setiap partai gencar melakukan kampanye untuk menyampaikan ide maupun gagasan mereka. Gelaran musik pun menjadi salah satu cara partai untuk membuat kerumunan masa, sehingga masyarakat yang datang bisa mendengarkan langsung gagasan-gagasan para calon.
Salah satu genre musik yang kerap hadir di setiap musim kampanye adalah aliran khas Indonesia yakni dangdut. Menjadi musik yang bisa diterima semua golongan, rupanya musik dangdut sendiri bukan hanya sekedar hiburan semata. Musik tersebut memiliki perjalanan sejarah yang berkaitan dengan upaya Soekarno untuk membentuk identitas asli Indonesia setelah merdeka. Seperti apa? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini!
Soekarno dan Dangdut
Dangdut, genre musik yang sangat populer di Indonesia, tidak hanya lahir dari kecintaan masyarakat terhadap ritme dan melodi yang menggugah. Dangdut juga lahir dari visi Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Dengan kampanye Trisakti-nya, Soekarno mengusung visi negara sebagai komunitas yang horizontal, yang tidak membedakan antara orang miskin dan orang kaya atau antara kelas sosial. Dalam konteks ini, dangdut muncul sebagai musik rakyat yang mencerminkan kesetaraan dan keberagaman.
Trisakti, yang berisi soal berdikari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan berkepribadian dalam kebudayaan, memiliki nilai nasionalisme yang sangat tinggi. Jargon tersebut juga memiliki pengaruh besar dalam industri musik di Indonesia. Di mana Soekarno menentang aliran-aliran musik yang tidak selaras dengan kebudayaan Indonesia atau mendatangkan ideologi hedonisme yang bisa merusak akar-akar budaya mereka.
Namun, Soekarno sendiri tidak menutup aliran musik yang masih memiliki nafas yang sama dengan kebudayaan Indonesia. Musik tersebut datang dari India. Sehingga musik India pada zaman itu sangat berpengaruh dalam perkembangan musik di Tanah Air.
Pada tahun 1962, lagu berjudul ‘Boneka Cantik dari India’ cukup meledak. Meskipun musik dangdut sendiri mungkin sudah mengudara sebelumnya, meledaknya lagu tersebut menjadi penanda bahwa dangdut sudah mulai sering tampil dari panggung ke panggung.
Dangdut dan Dunia Politik
Dangdut memiliki hubungan yang erat dengan dunia politik. Menurut Professor Jeremy Wallach dalam penelitiannya, dangdut telah berperan dalam membangun dan menjaga identitas nasional Indonesia selama masa peralihan dari Orde Baru ke Reformasi.
Musik dangdut, yang populer di kalangan rakyat, mampu membangun solidaritas masyarakat yang tidak terpengaruh oleh ideologi “pembangunanisme” ala Soeharto. Meskipun rakyat kecil mungkin dimanipulasi oleh kaum elit dan dianggap terbelakang oleh Orde Baru, mereka tetap menikmati dangdut. Musik ini menjadi sumber kesenangan populer bagi mereka.
Sejalan dengan Pikiran Soekarno
Dangdut, dalam banyak hal, berkesinambungan dengan visi dan misi Soekarno. Dangdut, yang cenderung mirip dengan musik India dan Melayu, dianggap oleh Jeremy sebagai simbol kebudayaan Indonesia karena sifatnya yang hibrida, mencampur berbagai unsur Timur dan Melayu. Dangdut juga menampilkan kemajemukan identitas rakyat Indonesia, sebuah visi yang sangat sejalan dengan misi Soekarno untuk membangun Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan beragam.
Seiring perjalanannya, dengan perkembangan musik dangdut yang sangat dinamis, kini genre tersebut sudah mulai dinikmati oleh berbagai kalangan. Sampai akhirnya muncul sosok melegenda dangdut yang terkenal sampai saat ini, yang tak lain tak bukan adalah Rhoma Irama. Dengan kepopulerannya, musik dangdut semakin dikenal dan karena liriknya relate dengan masyarakat kelas bawah pada zaman itu.
Secara keseluruhan, dangdut bukan hanya musik untuk bersenang-senang semata. Dangdut adalah cerminan dari dinamika sosial-politik di Indonesia, sebuah simbol dari identitas nasional, dan sebuah genre musik yang berkesinambungan dengan visi dan misi pendiri bangsa ini, Soekarno.