Dirinya menggambarkan diri sebagai "jiwa tua" yang telah menapaki banyak fase, sehingga ia merasa kesulitan berselaras dengan teman-teman seusianya yang belum merasakan hal serupa.

"Aku merasa bahwa dengan teman seumuran, aku telah melewati banyak hal. Aku adalah jiwa tua yang mendalam. Oleh sebab itu, aku lebih suka berinteraksi dengan teman-teman orangtua, karena tidak merasa saling janggal. Jika aku mendengarkan teman seumuran bicara, terkadang aku hanya bisa berpikir, 'Apa? Kenapa kamu begitu?' Daripada merasa terasing, aku lebih suka bergaul dengan orang yang lebih tua," terang Salmafina.

"Ikut serta dalam interaksi semacam itu, aku bisa mendapatkan banyak pelajaran, bijak, pengetahuan, serta panduan dalam menjalani kehidupan. Meski aku belum merasakan semuanya, seperti memiliki anak, aku sudah banyak membaca tentang menjadi orang tua. Tapi, tentu belum teruji, oleh sebab itu aku suka belajar dari mereka yang sudah berpengalaman," tambahnya.

Meski belum sepenuhnya meyakini arah hubungannya yang baru, Salmafina mengakui bahwa orang tuanya telah mengetahui mengenai kehadiran pria lebih tua dalam hidupnya.

Ia ingin melangkah hati-hati, tetap menghormati luka yang ditinggalkan oleh perceraian pada keluarganya.

Lebih lanjut, Salmafina membahas keputusannya untuk belum memperkenalkan pasangannya kepada orang tua. Ia berpendapat bahwa perlu waktu untuk menilai perkembangan hubungan mereka sebelum melibatkan keluarga. Setelah mengalami sakit hati akibat perceraian, ia berkeinginan menjaga orang tuanya agar tidak merasakan penderitaan lebih lanjut.

"Sebagai penilai pertama, aku harus memastikan. Apakah lelaki ini baik dan apakah dia tidak akan menyakitkan orang tua? Tanggung jawab ini ada pada diriku. Sebelum aku membawanya kepada orang tua, aku yang akan memastikannya terlebih dahulu. Mereka nantinya bisa memberi masukan tambahan mengenai hal-hal yang tak bisa aku lihat. Jadi, aku adalah penilai awal, dan jika aku merasa yakin dan bersemangat, baru akan ada tahap perkenalan," pungkasnya.