Rhoma Irama pun berusaha membeli gitar tersebut karena bentuknya yang begitu unik tanpa kepala. Namun sayangnya, gitar tersebut tidak dijual. "Saya ingin membelinya, tapi sayangnya tidak dijual. Ini hanya contoh, jadi tidak bisa dibeli. Setiap hari, saya hanya bisa melihatinya," tuturnya.
Keesokan harinya, Rhoma Irama kembali mendatangi toko alat musik tersebut untuk mencoba memperoleh gitar Steinberger itu, namun lagi-lagi dia ditolak. Setiap hari, Rhoma Irama hanya bisa memandangi gitar impian tersebut melalui etalase toko. Namun, tekadnya tak tergoyahkan.
Akhirnya, keberuntungan berpihak padanya ketika penjaga toko tersebut membaca majalah musik Asia yang menampilkan sosok Rhoma Irama. Dengan persetujuan pabrik di Amerika Serikat, penjaga toko tersebut setuju untuk menjual gitar Steinberger tersebut kepada Rhoma Irama.
"Hari ketiga saya datang lagi (ke pabriknya), langsung ditelepon 'ya sudah ambil saja'," kata Rhoma Irama dalam kanal YouTube Helmy Yahya Bicara.
Rhoma Irama telah memperoleh banyak prestasi sepanjang karirnya. Sejak usia 11 tahun, dia telah menapaki dunia hiburan dengan menjadi bintang film anak-anak. Pada tahun 1973, ia mendirikan band Soneta, yang telah merilis berbagai album yang sukses secara komersial.
Lagu-lagu ciptaan Rhoma Irama masih menjadi kenangan manis bagi masyarakat hingga saat ini. Penghargaan demi penghargaan berhasil diraihnya, termasuk penghargaan juara pertama lomba menyanyi tingkat ASEAN di Singapura pada tahun 1971 bersama Elvy Sukaesih.
Melalui kombinasi musik Melayu, gambus, hindi, dan sentuhan modern dalam komposisi dangdutnya, Rhoma Irama berhasil mengumpulkan massa penggemar yang besar. Ia telah tampil di berbagai negara seperti Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei Darussalam dengan jumlah penonton yang tak kalah meriah dari penampilannya di Indonesia.