JagoDangdut – Umat Muslim pastinya sudah familiar dengan malam yang penuh dengan kemuliaan yakni Malam Nisfu Syaban.
Malam Nisfu Syaban diperkirakan akan jatuh pada Selasa, 7 Maret 2023 hingga Rabu, 8 Maret 2023.
Tentu saja, malam yang mulia ini sangat dinantikan oleh umat muslim yang sangat ingin mendapatkan keutamaannya.
Tidak hanya itu saja, malam Nisfu Syaban disebut juga sebagai malam pengampunan, lantaran di malam tersebut dipenuhi dengan Rahmat dan kebaikan-kebaikan Allah SWT.
Tak kalah penting, malam Nisfu Syaban juga menjadi momen untuk menyambut bulan ramadhan yang sebentar lagi akan dijalankan oleh umat muslim.
Namun sebenarnya apa sejarah malam Nisfu Syaban? Penasaran seperti apa sejarah malam Nisfu Syaban? Berikut ini Artikelnya.
Sejarah Malam Nisfu Syaban
- -
Banyak para tokoh agama yang mengatakan bahwa sejarah nisfu syaban diketahui terdapat peristiwa kiblat umat Islam dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram.
Dalam buku buku 1001 Hal yang Paling Sering Ditanyakan tentang Islam karya Ustaz Abu Muslim (2012:189), dalam bahasa Arab yang dilansir JagoDangdut, kata nisfu dapat diartikan sebagai pertengahan.
Sedangkan kata syaban berarti bulan Syaban. Dengan kata lain, arti nisfu syaban dapat diketahui sebagai pertengahan bulan Syaban.
Adapun waktu berlangsungnya nisfu syaban adalah setiap tanggal 15 Syaban pada kalender hijriah. Saat malam nisfu syaban, setiap muslim dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.
Dalam hal ini, maksudnya adalah memperbanyak amalan ibadah sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad kepada umatnya pada zaman dulu.
Terdapat sejumlah amalan sunnah yang bisa Anda kerjakan antara lain adalah berpuasa, sholat sunnah nisfu syaban, membaca surat Yasin sebanyak tiga kali, bersedekah, istighfar, dan lain sebagainya.
Malam Nishfu Sya'ban dilakukan pertama kali oleh para tabi'in (generasi setelah Sahabat Nabi) di Syam Syria, seperti Khalid bin Ma'dan (perawi dalam Bukhari dan Muslim), Makhul (perawi dalam Bukhari dan Muslim), Luqman bin 'Amir (al-Hafidz Ibnu Hajar menilainya 'jujur').
Al-Imam Al-Qasthalani (wafat 923 H) menjelaskan awal mula adanya peringatan malam Nisfu Sya'ban dalam kitabnya Al-Mawahib Al-Laduniyah sebagai berikut:
"Tabi'in tanah Syam seperti Khalid bin Ma'dan dan Makhul, mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam Nisfu Syaban.
Dari mereka inilah, orang-orang kemudian ikut mengagungkan malam Nisfu Syaban. Dikatakan, bahwa telah sampai kepada mereka atsar israiliyat (kabar atau cerita yang bersumber dari ahli kitab, Yahudi dan Nasrani yang telah masuk Islam) tentang hal tersebut.
Kemudian ketika perayaan malam Nisfu Syaban viral, orang-orang berbeda pandangan menanggangapinya. Sebagian menerima, dan sebagian lain mengingkarinya. Mereka yang memgingkari adalah mayoritas ulama Hijaz, termasuk dari mereka Atha' dan Ibnu Abi Malikah.
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha' Madinah menukil pendapat bahwa perayanan malam Nisfu Sya'ban seluruhnya adalah bid'ah. Ini juga merupakan pendapat Ashab Maliki dan ulama selainnya."