"Meski sejak kecil saya menganut (agama) Buddha, saya lebih mementingkan berprestasi secara duniawi, punya harta dan pekerjaan yang membanggakan,” ucap Wahyu.
Wahyu Soeparno Putro menuturkan jika dirinya pindah ke Indonesia pada 1999. Saat itu ia memilih Yogyakarta sebagai tempat untuk menetap. Dan disana ia tinggal di rumah milik seorang pria bernama Soeparno.
Seperti dilansir dari Republika, rumah pak Soeparno ternyata persis bersebelahan dengan masjid. Hingga terdengar suara adzan yang begitu jelas.
Saat itu Wahyu mengaku merasa cukup terganggu dengan suara adzan tersebut. Bahkan ia menganggap itu sebagai 'musuhnya', karena dinilai mengganggu jam tidurnya.
Tetapi siapa sangka, dengan kebiasaan tersebut, Wahyu menjadi luluh dan terbiasa bangun saat subuh sebelum adzan.
“Ini yang membuat saya heran, padahal sejak kecil saya tak pernah bisa bangun pagi, tapi di sana (Yogyakarta) saya mampu merubah pola hidup saya untuk bangun pagi,” kata Wahyu.
Singkat cerita, Wahyu akhirnya tertarik dengan ajaran agama Islam, ia pun bertemu dengan seorang ustaz dan akhirnya mendapatkan ilmu tentang keyakinan menjadi mualaf. Ia pun kemudian mengucapkan syahadat sekaligus berganti nama menjadi Wahyu Soeparno Putro. Prosesi 'hijrah' itu dilakukannya di masjid yang mengumandangkan adzan Subuh dekat rumahnya.